Selasa, 19 November 2019

luka yang bisa diterima

tadi malam mimpiku aneh sekali aku masih terbangun dalam keadaan sangat menakutkan

aku tak ingin menjelaskan kronologisnya, karena itu suatu kondisi yang menyeramkan, namun terasa sekali lukanya

rasanya seperti : dirimu ditengah keputusasaan hidup, menerima takdir yang menghimpit, tidak bisa memilih selain menerima. dan sepertinya aku sangat diujung tebing, kalau maju, jatuh sudah.
rasa bersalah menghimpit, membuatku seakan seperti menjadi orang terjahat di dunia, yang menghancurkan hidup beberapa orang yang kucintai.

mimpiku itu, aku masuk dalam kehidupan suatu keluarga, keluarga dekat bahkan. lalu entah ada peristiwa apa, aku jadi harus diantara mereka, dan merekapun tidak bisa meninggalkanku. aku tidak mau, tapi aku tidak bisa menolak keputusan itu. dan akhirnya, yang perempuan merelakan tempatnya dan yang laki-laki membagi hatinya. haduh, entahlah, tapi aku sangat sakit saat itu, sangat tercekat, tak bisa apa apa. kami sama-sama menahan pilu yang membuat flek dalam keluarga.

posisi itu, aku duduk tak berdaya. sungguh terasa kerelaan dalam hati si perempuan, kerelaan untuk membagi tempatnya denganku. dia memelukku, seakan memberi kekuatan dan mengabarkan bahwa dia ikhlas menerima keputusan itu. dan rasanya seakan aku sedang memeluk kak wanda. dan aku meminta maaf, setulusnya. aku benar-benar meminta maaf telah mengganggu hidupnya.
setelahnya, berganti orang yang memelukku. kini lelaki itu yang datang. aku hendak menolak, menangis dan menangkis tidak ingin dia mendekat. tapi saat itu kami tau,kami sama-sama terluka atas ini. dia kubiarkan memelukku, lalu akhirnya kami menangis bersama. dia mengatakan, dia tidak tahu kedepannya akan seperti apa, tapi akan dia coba lakukan. dan aku lagi-lagi menangis, membiarkan dia seutuhnya menempel padaku,dan kami sebegitu dekat dan pilunya menahan rasa ini.

setelahnya, aku memeluk bapak. sangat mengatakan bahwa aku lemah dan sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. dan bapak,  seperti biasa menguatkan. membuatku bisa menerima takdir seperti ini. dan lalu, sudah. mimpiku berakhir dengan cahaya yang menerobos memenuhi mata, kulihat jam sudah pukul tujuh, dan aku bersiap berangkat ke kampus.


dalam sekali luka itu, entah apa dan mengapa.

Sabtu, 09 November 2019

bermimpi

apakah aku diizinkan untuk bermimpi ?

bermimpi penempatan pusat padahal akademik pas pasan
mungkin dengan itu, orang tuaku senang dan bersyukur, anaknya tidak jauh-jauh keluar pulau

realitanya, kemungkinan nya kecil kalau dilihat dari IP dan akademik.
tapi, entahlah. aku yakin Allah punya cara untuk mempersiapkan hamba-Nya,

dan entah kenapa rasanya, begitu yakin

tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah,  aku mau nge lobby Allah biar aku di pusat

ingin deket sama ortu ya Allah
mungkin aku bisa berguna buat dakwah kampus ya Allah hehe
semoga itu menjadikanku dewasa dan profesional

tidka ada yg tidak mungkin bagi Allah, insyaAllah bisa pusat kalau Allah udah bilang iya.

berpikir

aku jadi berpikir,

banyak sekali agenda yang harus dilakukan, kenapa masih sempat berleha leha ya
masih sempat mengikuti kegiatan yang tdka terlalu urgent
masih ketawa sana sini, berlelah lelah sana sini

padahal, kalau udah fokus, yaudah.
sudah ada jalan dan opsi yang akan dihadapi kedepannya

aku jadi berpikir,

semua ini kembali kepada amalan amalan sehari-hari. hubungan dengan Allah. kalau ini bagus, insyaAllah bagus kedepannya. bukankah ini yang pertama perlu dibenahi ?

jadi sekarang apa ?
perbaiki lagi dirimu c, kendalikan lagi dirimu.

semua ini akan membawaku kemana ?

beruntungnya, aku.

seolah dirasa mampu berada satu lingkaran dengan mereka. beruntung. ya, syukuri saja dulu. meskipun kedepannya aku belum tahu, apa yang bisa aku lakukan disana.

bertambah lagi satu lapis lingkaran, entah kedepannya semua ini akan mengarahkanku kemana.

setidaknya aku tau satu hal : aku tidak bisa berdiam diri dengan keadaanku saat ini. kalau mau ikut berlayar, persiapkan diri. kalau merasa kurang cukup bekal, bawa yang bisa dibawa dan perbanyak bekal di perjalanan.

ternyata, raga dan jiwamu bukan hanya milikmu, tapi untuk dakwah ini. dan semuanya tak akan bisa berjalan kalau aku belum bersepakat dengan raga ini. aku perlu membawanya untuk terus melebihi batas yang begitu standar saat ini. aku perlu membereskan banyak hal pada diriku, dengan sedikitnya waktu yang ada. aku harus selesai dengan diriku, agar aku bisa memudahkan jalan dakwah ini. meskipun pemahamanku sekadarnya, tapi semoga maksimalnya aku pada sisi-sisi lain, akan memudahkan jalan dakwah ini.

berkahilah, Ya Allah..
luruskanlah niatku Ya Allah, aku.. sangat takut.

audzubillahiminassyaitonirrojim

Minggu, 03 November 2019

Panca

Aku sangat menyayanginya, meskipun itu adalah hal terakhir yg akan aku ungkapkan padanya.

Temanku ini, hatinya bersih.
Padahal aku tau, kita beda keyakinan. Tapi aku paham dia patuh pada apa yang dia yakini.

Temanku ini, bukan orang yang nakal, seperti yg dia katakan. Dan aku percaya. Meskipun tidak bisa memberi kepercayaan padanya.

Temanku ini, menjadi orang pertama yang kupanggil ketika terhimpit
Menjadi orang pertama yg selalu bersedia
Entahlah, sepertinya baginya hidup adalah sebuah pengabdian
Untuk memberi dan memberi

Temanku ini, kuharapkan turunnya hidayah untuknya

Atas ketulusan dan kebaikan hatinya, semoga Allah berkenan untuk memilih hatinya terbuka pada cahaya kebenaran.

Aamiin

Sabtu, 02 November 2019

temanku kuat sekali

Ada seseorang yang kau hindari hanya karena prasangka.
Seseorang yang kamu cemburui karena menurutmu dia mendapatkan sesuatu yang tidak kau dapatkan
Ada seseorang yang tengah berputar dalam pikirannya, ini dan itu, dihadapanmu. Tapi rasanya dirimu tak terlibat disana. Pun, terlalu berpihak pada ego untuk tak melibatkan diri.
Lalu,dengan teganya kau biarkan dia bersusah payah, berlelah lelah semalaman. Mungkin dia masuk angin, atau banyak rencananya yang terhimpit karena amanahnya belum selesai disini dan disitu.
Mungkin juga dia berkali-kali terganggu dan tersita waktunya hanya untuk memikirkan ini dan itu, yang sejatinya amanah-amanah itu memudahkan amanah-amanah yang kau pikul.

Kau sejenak berpikir, ah memang itu bagiannya. memang itu tugas dia, dia bisa melakukannya tanpamu. Dan prasangka itu diperkuat dengan enggannya dirimu untuk bertanya lebih dulu apa yang tengah ia tanggung detik itu, "ah, sepertinya dia mampu menyelesaikannya tanpaku. Buktinya dia masih lancar saja mengurusi ini itu" pikirmu. Lalu akhirnya kau ambil keputusan untuk tidak perlu terlalu banyak mengarahkan, meskipun kamu sangat ingin mengerjakan ini itu yang belum dilakukan olehnya.

Atau bahkan, ketika tugasmu pun diselesaikan olehnya. Apa yang kau rasakan ? entahlah.. sejenak sepertinya kau merasa payah, karena sesederhana tugas itu saja menjadi runyam akhirnya. Tapi disisi lain, egomu berkata "ah kan, itu bagianku. lihat, kini dia selesaikan sendiri. tidak suka, aku tidak suka".

Padahal, bukankah kamu pernah berada diposisinya ? Ketika runyamnya pikiranmu melebihi bola kusut yang bahkan untuk bercerita dan meminta bantuan pun perlu mengumpulkan energi yang lebih.. Bukankah pada saat saat itu, yang kau lakukan hanya mengeluh dan mengeluh ? pantas saja  orang lain tidak mengerti apa yang bisa mereka lakukan, karena saat itu kau sudah tepar terlelah-lelah,tidak sempat cerita. Lalu esoknya, terburu-buru kembali memulai hari. Ah, kau harusnya sudah lebih paham,Ci.

Maaf, tapi ternyata aku lakukan itu padamu kemarin,teman.
Atas kesempitan kesabaranku, dangkalnya pemahamanku, pendeknya pemikiranku, dan besarnya egoku, sampai-sampai setega itu rasanya kulakukan itu padamu.
Aku menarik diri, membiarkanmu bersibuk-sibuk ria, memusingkan ini itu. Karena ketika aku terlibat, justru aku melukaimu dengan kata-kataku, dalam percakapan sederhana berujung perdebatan. Ah, dasar. Memang aku payah mengontrol kata-kataku.
Aku pun payah untuk menurunkan egoku, hanya untuk sekedar bertanya, apa yang bisa aku lakukan untukmu.
Aku payah untuk sekedar menyediakan telinga dan waktu untuk mendengarmu.
Aku payah.
Aku payah.

Atas amanah pertama ini, aku sangat minta maaf. Sangat. Aku memang tipe mendominasi, sok mengatur, kadang melangkahi. Tapi akupun sadar bahwa itu salah. Dan langkah selanjutnya justru lebih salah lagi kulakukan, dengan menarik diri. Tidak mengulurkan bantuan. Maaf..

Hari ini, aktualisasi dari berpekan-pekan koordinasi kita. Dan mungkin saja, jika aku yang berada dalam posisimu selama ini, aku tidak akan mampu.
Makasih ya zid, sudah berbesar hati memahamiku.


-Sekretaris TM,setelah Seminar Qur'an-
2/11/2019

tidak, tidak seperti yang kamu kira Suc!

aku tidak tahu bahwa ternyata penjagaan Allah meliputi apa apa yang bahkan tidak sempat aku pikirkan.. Astaghfirullah.. MasyaAllah..

bahkan selama ini Allah menjaga hatiku, menjaga prasangkaku atas sesuatu. Allah jaga aib-aib hamba-Nya, benar2 dijaga. sampai sampai aku masih tetap terpesona dengan apa apa yang dia lakukan, meskipun mulai terlihat beberapa hal yang mungkin saja tak bisa diterima setiap orang.

aku.. sampai kelu Ya Allah..
benar.. mungkin saja aku tidak cukup kuat untuk menghadapinya. jadilah sosok itu tidak didekatkan padamu, tidak dihadapkan padamu. Alhamdulillah. Bukankah jika dibanding temannya, dia lebih bisa menyakitimu ? bukankah temannya lebih mudah untuk kau terima ? bukankah banyak hal yang kau syukuri setelah ini ? Aaaa masyaAllah..

maafkan aku Ya Allah, yang pernah terlalu sempit berpikir..
maafkan aku yang sangat sok tahu ini Ya Allah..

benar-benar Engkau telah persiapkan yang terbaik untuk kami, pasti.
tidak ada kedzoliman sedikitpun.

aku tidak sakit hatiiiiii, sungguh. aku justru bersyukur kini.
dan tolong yaa suc, ini dijadikan pelajaran bahwa apa apa yang kamu dapat saat ini sungguh, yang terbaik diantara yang terbaik suc. ngga pernah sedikitpun yang orang lain itu lebih baik dan kamu perlu cemburu. ga boleh suc, gausah, karna sungguh, YANG TERBAIK SUDAH KAMU DAPATKAN, TIDAK PERLU MENGAIS YANG BIASA SAJA UNTUKMU.

saat ini, seperti itu dulu. oke, satu kegiatan membuka siapa dirimu.
entah nanti, entah.
tapi semua ini membuatku mempunyai alasan yang cukup untuk menguatkan hati dan menjadikan dirimu seseorang yang tidak perlu terlalu aku pikirkan :)

terimakasih banyaaaak <3

Minggu, 27 Oktober 2019

aku tidak tahu

Ketidaktahuan terkadang lebih menenangkan daripada mengetahui sesuatu
atau memahami sesuatu
atau merasakan sesuatu

menjadi orang pada posisi itu juga tidak sepenuhnya salah
tidak apa, manusia memang diberikan batasan

mungkin saja, memang karena kita belum mampu memikul tanggungjawab atas kondisi itu
Allah buat kita gatau, agar kita ga perlu mempertanggungjawabkan apa apa yang seharusnya kita lakukan ketika menjadi orang yang sudah mengetahui, sudah memahami, sudah merasakan.

tidak perlu iri bukan? justru hidup lebih sederhana, dan ringan dijalani :)

aku tidak tahu, bukan tidak mau tahu
sungguh aku mau terlibat dan menjadi bagian dari orang orang yang mengetahui, merasakan, pun mengerti. bukankah dengan itu kita bisa memberi manfaat yang lebih luas?

Allah bilang, apakah sama antara org yang mengetahui dan tidak mengetahui ?

aku sedih, karena aku bukan jadi bagian yang tau.
tapi apakah aku bisa meminta keadaan berbalik? pasti ada maknanya dari semua ini.

gaboleh berprasangka buruk

Selasa, 08 Oktober 2019

ordinary boy (2)

(1)
Waktu itu, aku beradu dengan waktu. Menaiki ojek online hanya untuk mengalahkan waktu, agar dapat sesegera mungkin hadir disana, melihatmu. Ditengah perjalanan kau tahu apa ? selintas kuberpikir, mungkin ini memang jalan Allah, menjadikanku tidak hadir disana karena mungkin saja aku tidak sekuat dan sesiap jika aku hadir disana.

tapi, aku sampai juga. sudah kusiapkan kata-kata dan tindakan yang akan kulakukan, sembari berdoa semoga kau belum keluar dari ruang Auditorium, agar setidaknya aku bisa menyambutmu dengan suka cita. Salah lagi, Allah tidak Ridho pada rencanaku itu.

Macet, waktu terus berjalan. pasti tidak akan sempat. Oh, ternyata dirimu sudah disambut rekan-rekan lainnya, terkirim fotomu disana. Seperti melewatkan moment penting yang kutunggu, bagaimana menurutmu rasanya ? Ah ya, barangkali memang aku tak sekuat itu untuk bertemu tanda kepergian.

Memasuki keramaian, bismillah. Melakukan tugas kurir, belum selesai mondar-mandir. Mencari celah sana sini, antar barang dan koordinasi sana sini, lalu tak sengaja menangkap matamu, disana. diantara kerumunan banyak orang, aku menangkap matamu. mata yang tercekat, sama tercekatnya denganku.

entahlah, saat itu yang kurasa, kita saling menemukan dan memanggil lewat mata.

"eh.. suc"
"eh.. kak.. , sebentar kak mau anter ini dulu"
"..." (belum bertingkah apapun, dan tidak jadi bertingkah)

informasi ini berloncat loncat pada neuronku, cepat sekali dan aku bingung harus bagaimana. apakah tadi benar dirimu ? cepat sekali kita bertemu. dan yang kulihat, dirimu melihatku, eh (?) dan lalu, mengapa pula sih aku seakan menjanjikan sesuatu, mengatakan sebentar dulu, seakan meminta dia menunggu. Dan lagi, yang kulihat bukan hanya dirimu. atau memang itu sebenarnya alasan dirimu tercekat ? didepanmu ada orang lain, berkerudung, melihat dirimu. Hm, apakah bisa perih ini kudefinisikan cemburu ? ahah, tidak pantaslah cemburu. Jadi, yaa.. yang kemarin itu cara Allah memperkenalkan 'dia' mu padaku :)

(2)
ya, pada akhirnya kita bertemu, dengan perasaan hati yang senetral mungkin. bahkan ada foto yang terekam. tapi sungguh aku tidak ingin menangis saat itu, berucap saja aku tak bisa. dan kau pergi, aku tidak bisa menahan lebih lama, aku tidak tahu juga harus mengungkapkan apa. Tapi bersyukurlah banyak-banyak, karena saat itu kamu tidak melakukan hal-hal gila yang akan kau sesali dikemudian hari.. HHH

(3)
Pada akhirnya, moment wisuda itu tidak seperti yang aku bayangkan dan aku siapkan. mungkin juga moment perpisahan nanti, barangkali tidak sesakit itu melepas sesuatu, apalagi yang memang sebenarnya tidak pernah kita miliki.


ordinary boy (1)

Aku selalu ingat wajah itu, kalau belum dituangkan akan selalu terbersit. jadi aku tuangkan saja biar tidak berseliweran dalam pikiran dan mengganggu fokusku.

Ordinary Boy-

tidak ada yang spesial darinya, dari awal pertemuan hingga kini, atau mungkin entah nanti.
tidak ada yang istimewa darinya, dari pertama dia berucap dan menyapa, dari setiap perbincangan yang bermuara pada perasaan tenang dan lega, sungguh tidak ada yang spesial.
tidak ada yang spesial pada setiap episode dalam buku-buku bulan ku selama ini, bahkan posisinya hanya mengisi kekosongan, melengkapi seperti pasir pada gelas kaca. tidak terlihat, tapi mengisi.

sungguh aku tidak menganggapnya spesial, tapi jelas aku mengharapkan dia menjadikanku spesial, seperti apa-apa yang kudefinisikan selama ini dari tingkah lakunya padaku.

disonansi,memang. pertentangan dalam diri sendiri.
jelas, aku hanya menutupi kenyataan bahwa aku menjadikannya spesial, hanya untuk meredam rasa. menjadikannya kecil sekecil-kecilnya, sembari menyiramnya dengan subur, payah memang.

seperti menanam bibit kangkung diatas kapas, disimpan diatas genting. sudah tahu kemungkinan bertahannya akan sangat kecil, tapi tetap saja kamu paksakan. setidaknya pertambahan tingginya saja membuatmu sungguh bahagia kan ? tapi suatu saat nanti kau pun tahu, dia akan selesai.

aku tidak percaya ada yang menganggapku spesial, meskipun aku ingin ada yang menganggapku begitu.

tapi, terimakasih ordinary boy, kau membuatku memiliki perjalanan rasa yang luar biasa!

Senin, 30 September 2019

iqomahmu

Pagi itu, menjadi pagi yang tak akan kulupakan.


Aku tahu, saat itu adalah saat saat terakhir dari pertemuan kita kan ? pertemuan biasa tapi kali ini bukan biasa. Pagi itu aku bangun dengan kesadaran penuh bahwa kau akan pergi, kak.
aku sedang tidak menunaikan sholat, dan terbangun ketika suara iqomahmu menggema.

bagaimana bisa, rasanya seakan suara itu akan terakhir kali kudengar sebelum kau pergi,entah kemana. suara panggilan sholat itu seakan menjadi panggilan terakhir, yang kudengar darimu. alam bawah sadarku ternyata berfungsi meskipun mata ini terlelap. dan akhirnya bangun ketika mendengarnya. lalu apa ? basah semua wajah, seakan baru menyadari kalian sudah berkemas untuk pergi, meninggalkan kami..

aku tahu, Allah akan mengirimkan penolong2 lain setelah ini,
maafkan aku yang terlalu nyaman untuk membagi banyak hal denganmu, kak

rasanya sulit sekali menyadari kepergianmu, dan bagaimana jika kau benar2 pergi nantinya ? kukira aku akan menangis saat wisuda, tapi Allah Maha Adil, aku tidak diminta untuk melihatnya.

mungkin saja.. suatu saat nanti aku akan lebih sering mengetahui kabarmu dari ig, story, atau media lainnya. dari doa kemungkinan.

tapi yang perlu kusiapkan adalah, aku harus menerima jika suatu saat nanti akan ada undangan pernikahannya :) dengan siapapun itu, kuharap dia bisa melengkapinya menuju surga, aamiin..

lalu aku ? melanjutkan hidup lah. masih banyak yang harus diexplore ata dipelajari..

hhhh, mari, kita coba untuk tersenyum diatas perpisahan

tersenyum saja.. tersenyum saat melihatnya seakan duduk di kursi mie aceh
tersenyum saat seakan mendengar suaranya dibalik hijab
tersenyum ketika melewati jalanan yang biasa dia lewati
tersenyum saja, tidak apa.. 

4 lelaki utama dalam hidup



aku baru menikmati hidup, tepatnya menikmati hari ini. melakukan yang aku inginkan seperti keputusanku sendiri, ya. alhamdulillah
tidak ada satupun orang yang mengintervensiku, lalu aku memutuskan semuanya sendiri. tidak kecewa, karna saat ini entah pas waktunya. hari ini aku dalam lindungan Allah, seperti hari-hari sebelumnya

aku merasa sangat berguna, setdaknya ada yang bisa kuberikan untuk saudaraku yang tergeletak lemah diatas kasur. tidak, dia bukan sosok yang lemah. tapi beberapa hari terkahir ini, yang kulihat aalah dirinya terbaring lemah.

***

aku punya 4 orang lelaki pertama dalam hidupku, seberapapun porsinya dlaam hidupku, tetap mereka adalah yang membuat skrip tentang seorang lelaki dalam hidupku.


Utuh

Untuk saat ini, biarlah menjadi saat - saat termanis dalam hidup,
meskipun memang hakikatnya kebahagiaan itu seperti nanaya, sesaat.

akan kukatakan pada Allah suatu saat nanti,
bahwa aku bahagia berada diantara mereka..
meskipun jauh sekali tentang apa yang kumiliki dibanding mereka
tapi itulah bentuk kasih sayang-Nya,
membiarkanku menyusuri lautan berkah bermodalkan perahu boat kecil
seakan akan membuatku berpikir bahwa aku tidak akan berhenti, karena langkahku sungguh sedikit demi sedikit mencapai tujuan
tapi yang pasti, semakin membuatku berlama-lama di jalan ini


aku tahu, yang kemarin itu mungkin biasa
bertemu biasa
bertatap biasa
berdiskusi biasa
berdebat biasa
mendengar biasa
menangis biasa
menahan haru biasa
sungguh biasa, sudah terbiasa bukan dengan hal itu ?

tapi bagi orang lain ?
bisa jadi yang kemarin itu adalah congkel baja hati yang mengeras
hembusan angin segar pada hati yang gersang
tetesan air pada jiwa yang kering
bisa jadi bukan, yang kemarin adalah tamparan keras buat kami ?

bahwa dakwah ini bukan main-main,
bahwa saat ini adalah saatnya mengemban, bergerak
semuanya, semuanya yang hatinya hadir disini

yang kemarin itu sebenarnya bukan biasa

Minggu, 15 September 2019

3 hari tidak ingin diganggu

apa aku yang terlalu selow ? atau memang jalanku begitu lambat ?

apapun itu, yasudah. aku memang seperti ni. tapi akan kupastikan, aku lebih lama bertahan, karena ada Allah.

memang masih ada satu dua yang menghampiri, dan tidak sepenuhnya bisa hilang
tapi akan aku usahakan menyelesaikan yang utama dulu, dengan mendelegasikan yang lain. bisa didelegasikan kok, mereka bisa menunggu. ada ha lain yang lebih penting. dan itu tak apa, sungguh.

oke , 3 hari ini aku tidak akan mengutamakan bahasan apapun tentang KIS, BC, Adek, placement test tahsin, acara DATA,masul/ah.

aku cuma pikirin :
1. topik
2. tilawah, mo ujian sabtu
3. datmin
4. pmd in rabu sesi 4
5. kumpulin yg skip DM, senin sesi 4

oke bismillah

Senin, 09 September 2019

semudah itu

Sebelum pintu lift itu tertutup, kulihat hangat sapaan cerianya wajah lugu nan manis itu. Tak sadar, atau sengaja tak ingin kau sadari ? bahwa betapa bersyukurnya dirimu memilikinya. Sosok yang selalu bersemnagat dan membawa keceriaan.
Hatimu terlalu keras dan kotor, menjadikannya musuh sehingga apa apa yang dia lakukan pun salah dimatamu

nyatanya kini, senyuman hangat dan lepas itu cukup untuk menumbuhkan kembali rasa cintamu padanya, kan ?

baru saja kusadari, banyak sekali yang kumiliki saat ini. terlebih kebahagiaan itu dikemas dengan cara yang sungguh tak terpikirkan sebelumnya
dibalut dalam sistem yang menyeretku untuk masuk kedalamnya, iya, namanya amanah.

adik manis itu, benar-benar kuberikan sambutan ceria dari wajahku, setelah berbulan-bulan kubiarkan senyumnya terjawab dengan wajah peluh yang kubiarkan terlihat dengan jelas.

ahh, kakak macam apa aku ini ya..

setidaknya hari ini jelas kurasakan, betapa bahagianya diriku dikelilingi orang-orang seperti itu. betapa bahagianya diriku karena telah menyadari bahwa aku sangat kaya, sangat kaya atas cinta yang tersemai dimanapun aku berpijak. bahwa hari ini, kabut kotor yang menyelimuti hati sedikit demi sedikit sirna, berganti dengan kasih sayang dan keceriaan yang kuberikan setulusnya.

terimakasih, sudah mengembalikan diriku seperti yang pernah kukenali sebelumnya..
rasanya aku kembali, pada diriku yang pernah kurasakan seblumnya. pada diriku yang ringan dan bahagia..

alhamdulillah..


Minggu, 08 September 2019

Berkunjung

Aku tahu hari ini akan datang

aku juga tahu, suatu saat nanti kamu tahu
tentang apapun yang saat ini belum kamu tahu
Aku tahu Allah akan menyiapkan jalan terbaik
seperti apa ? itu yang aku tak tahu

aku tahu, akan ada kisah-kisah lain yang menantiku
dengan tantangan baru dan sungguh menguji imanku
karna Allah bilang kalo manusia akan diuji untuk menunjukkan tingkatan cintanya, sebesar apa yakinnya dan cintanya

Aku hanya perlu menunggu, hari-hari lain yang akan datang
disaat episode demi episode saling mengisi rangkaian cerita
dan jika memang sudah selesai peranmu, maka memang perpisahanlah cara terbaik
satu hal yang menjadikan semuanya terasa indah bagiku,
adalah menyakini keputusan Allah dalam hidupku

maka datangnya dirimu, pun pergimu
bukan satu hal yang perlu kupikirkan dan kubingungkan

aku hanay perlu menjaga dan tetap terjaga dalam koridor yang Allah mau,
agar ceritanya tepat dan Allah meridhoinya

***

hari ini kau tahu dimana aku tinggal, besok apa lagi ?

Membagi duniamu

Tidak semudah itu..

ternyata tidak semudah itu, mengorbankan duniamu yang nyaman dan teratur dengan dunia dakwah yang meminta ini itu
ternyata tidak seringan itu, mengatakan bersedia atas situasi apapun yang dakwah minta darimu, bahkan hingga keujung ragamu sekalipun
ternyata tidak semudah itu, memberikan semua yang kau miliki utnuk kau gadaikan di jalan Allah

tapi, bukankah janji Allah itu pasti adanya ? bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya
bukankah jalan ini memang jalan cinta ? dan cinta meminta banyak hal darimu, bahkan waktumu, hartamu, tenagamu, hidupmu

merasa cukupkah dengan apa yang kita berikan pada jalan ini ?

ya, aku tahu jelas arti kalimat : dakwah akan tetap berjalan, ada atau tidak adanya dirimu.

bahkan tanpa merasa perlu berpikir sekian kali untuk menolaknya

aku sungguh paham seberat apa hal yang kau korbankan, aku jelas tahu bayarannya tidak murah atas hal itu, tapi jalan ini pernah kulalui dan aku setidaknya menjalaninya meskipun belum sampai ujungnya

dan aku yakin, sebesar apapun hal yang aku korbankan, semuanya akan diganti dengan surga-Nya

tidak apa, insyaAllah tidak apa
jika hartaku dan waktuku kuberikan untuk jalan ini
jika waktu luangku kuinvestasikan untuk sesuatu yang secara duniawi tidak berdampak banyak pada hidupku
jika pikiranku selalu berlelah lelah dengan rangkaian agenda dakwah yang seakan tak ada hentinya

itu semua belum ada apa apanya dengan pengorbanan yang Khadijah lakukan, istri nabi tercinta yang memberikan seluruh harta dan jiwanya untuk keberlangsungan dakwah rasul.

apa jadinya jika orang-orang dahulu terlalu egois dengan kondisinya sendiri ?
mungkin saat ini kita masih terkekang, tidak merdeka sebagai seorang hamba.


semoga.. semoga kita selalu Istiqomah dan saling mengingatkan
semoga kita tidak menghambat jalan dakwah ini
semoga kita bisa meraih peluang sebanyak-banyaknya untuk terus berlomba lomba dalam kebaikan
semoga kita selalu yakin bahwa Allah akan menolong kita dari sisi yang tak pernah kita duga, karna kita membantu agama-Nya

aamiin

Senin, 26 Agustus 2019

Wisudawan

"Terimakasih sudah tersenyum hari ini"

saat ini, rasa puasku menjadi lebih sederhana
hanya dengan melihatmu tersenyum lega
atas seluruh beban yang lepas dari pundak
yang membuatmu dapat sedikit bernapas lebih tenang

iya, akupun melihat
jas itu sempurna padamu
memang pas dan sudah waktunya kau memakainya
sudah saatnya, sudah semakin dekat

aku sudah benar tahu, tidak ada yang abadi kan ?
bahkan kebahagiaan macam inipun
hanya akan menjadi kenangan
sesaat

satu episode lagi
satu lagi, kan ?
satu sesi yang sedang kita tunggu bersama
pelepasanmu

tidak ada kado, tidak jadi memberikan apapun
Allah cegah tangan ini untuk semakin banyak mengukir hal yang salah
jadi hanya doa
kado terbaik dariku

selamat wisuda, wisudawan.
terimakasih sudah berbagi senyum hari itu


24/08/2019



kakak penjaga dan coach terbaik di kampus sudah wisuda. :) selamat mengudara..



tidak jadi minta maaf, aku tahu kakak sudah memaafkan. tapi aku pasti minta maaf kak, insyaAllah. dan kukatakan sebaik baik harapan dan doa, semoga kalian baik baik saja dan selalu dalam lindungan Allah, dimanapun, kapanpun. Syuro lagi ya di surga :D

waktuku hanya 24 jam dari sekarang, hanya itu. sedekat itu kan ? tidak ada yang jauh, tidak perlu memilikirkan yang jauh-jauh :)

Senin, 19 Agustus 2019

Di tebing batu





aku tidak akan menganggapnya spesial, karena aku tidak jelas tahu apa isi hatinya
aku hanya menerkan dan seakan menemukan namaku disana, hanya karena caranya memperlakukanku. tidak benar-benar menyatakan. meskipun jelas beda perlakuannya padaku.

Di tebing itu aku tahu, walau hanya perasaan saja, dia melihatku dari belakang
aku.. jelas. jelas menunggunya hadir disampingku
dan ternyata lebih mudah jika dia tidak hadir
jika dia mengurungkan niatnya untuk lebih dekat
lebih mudah untuk melepaskan, lebih mudah menerima dan membuat otakku berpikir bahwa aku memang hanya berharap
bukan seperti ini, dalam keabu abuan, dan memaksa hati ini untuk merasa hal itu biasa saja baginya

membuat moment itu terasa biasa saja
membuat bernapas saja sesulit itu rasanya
membuat diriku merasa perlu mengatur irama jantung
membuatku hanya bisa memejamkan mata, menikmati semilir angin
mendengar bising yang sebenarnya sunyi diantara kami
memandang angan yang jauh tapi sosoknya sungguh disebelahku
merasakan luasnya panorama didepan mata, tegaknya gunung-gunung berjajar, waduk jatiluhur terhampar dengan mentari pagi terproyeksi dipermukaannya, dan perahu berjejer sangat kecil

aku sangat kelu, merasa tidak perlu membuka pembicaraan
tapi aku tahu, dia selalu mencari waktu denganku
mungkin hanya untuk berada lebih dekat saja, tidak lebih
untuk saat ini, memang begitu kan?

aku tidak perlu bertanya, untuk apa dia mendekat
untuk apa dia duduk di sebelahku diatas tebing batu itu
untuk melihat matahari ? untuk berbicara denganku ? untuk memotretku ? 
aku tidak ingin menebak nebak

saat itu dia datang dan meminta seseorang untuk memotret kami dari belakang
bukankah itu juga yang ingin kulakukan ?
tapi kenapa dia seberani itu 
apakah dia ingin mengatakan padaku untuk berhenti menyimpan sesuatu untuknya?

untuk apa dia menyimpan fotoku dari belakang ? apa itu hal biasa baginya ?
atau dia tau isi pikiranku ?
untuk apa dia meminta foto ?
dan mengapa aku iyakan untuk merekam moment itu lebih jelas lagi

saat itu, mungkin orang-orang tahu, bahwa ada sesuatu yang lain antara aku dengannya
yasudah, yasudah

Menunggu waktu


Aku sudah tahu waktunya kapan dan berapa lama lagi detik yang tersisa
aku juga tahu, aku tidak akan sanggup menghadapinya. dan berpura-pura tidak akan terjadi apa apa adalah suatu kesalahan, hanya akan memperbesar rasa dan semakin berat melepaskan. aku tahu itu, aku tidak akan berpura-pura kuat.

akhirnya aku menerima, dan menjalani waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya
aku bahkan sempat memposisikan diri seakan memang sudah waktunya, sudah pergi, sudah jauh, tidak ada yang bersisa. tapi memang masih ada sosoknya yang terlihat, dan itu kembali mengingatkanku bahwa dia memang belum pergi.

aku coba saja untuk menikmati waktu yang tersisa
merekam gurat wajah yang malu sekali kulihat
menyimpan suara dan caranya memaknai hidup
membiarkan moment disaat jarak diantara kami terlalu dekat

astaghfirullah, Ya Allah aku benar-benar takut
aku sama sekali bukan takut kehilangan dia
tapi aku takut caraku salah padanya
apa yang terjadi atau akan terjadi, pernah salah dengannya

Ya Allah, jika nanti memang bukan dengannya, semoga Engkau maafkan aku atas segala kesalahanku dengannya.. ya Allah, aku takut Engkau kecewa padaku
hal keliru yang kulakukan sudah tak terhitung dan itu membekas, ya Allah.. ternyata tidak semudah itu mengendalikan rasa ini.. mengapa aku tak hiraukan peringatan dari-Mu..

ya Allah, apa yang telah dititipkan adaku ini indah dan luar biasa
maafkan aku jika aku slaah dalam memahaminya
maafkan aku jika aku tidak sedewasa itu mengelolanya
maakan aku jika aku salah dan justru mengambil manfaat yang sesaat darinya
maafkan aku jika justru aku mengotorinya
Astaghfirullah Ya Allah maafkan aku

mungkin saja, engan dititipkannya rasa ini, Engkau memintaku untuk belajar, belajar menyimpan rasa dengan tulus. tanpa perlu balasan apapun
belajar menahan, dan menolak hal yang lebih
bukan menerimanya dan menikmati yang salah ini

bukankah dia tidak perlu tau seberapa besar cintamu padanya ?
lagi pula, dirimu sendiri tahukah seberapa besarnya ?
semuanya tidak akan menjadi luar biasa jika dinyatakan sekarang, tidak ada yang spesial
aku tahu, kemungkinannya akan sangat kecil
akan ada dunia baru nantinya
lingkungan baru
dan orang baru dengan peran baru
dan mungkin dia akan tergantikan
tapi bukankah level itu yang tinggi ? level melepaskan..

aku sudah belajar banyak darinya, banyak sekali. bakhan beberapa kali melukainya, stelah merepotinya, mengganggunya, membingungkannya.

Allah akan memberikan tempat terbaik untuk melabuhkan semua rasa ini.

jadi, bersabarlah..



Apakah akan sama rasanya, ketika kepergian begitu nyata didepan mata ? Sedangkan hal yg dilepas nyatanya tidak sedalam itu digenggam
Dalam keabu abuan ini, masih saja aku kelu memaknainya
Membacanya sebagai anugrah ataukah teguran yang menyakitkan
Aku mau diam saja, aku tak mau salah melangkah
Aku tau akan lebih menyakitkan jika terlalu dalam dan jauh salahnya

Siap Berangkat (?) Yap!

Jadi sucii... siap tingkat 4 ?

Hehehe.. tau gak sih skrg ku lagi helaing time yeaaayyy !!!!!!!!!!!

Rasanya senang sekaliiii, setelah ketemu pak sukim tentang pendanaan uang qurban, entah kenapa mood ku naik gitu, aku ngerasa senengg banget. Apalai tadi pak febri sempet senyum huhuhuhu yaampun rasanya kek speechless ganteng bet astaghfirullah

Rasanya kaya, clear satu. Alhamdulillah. Okehhhh

Dan tadi pagi tu aku memulai pagi dengan.. nikmat-Mu Ya Allah.. alhamdulillah... sempat sholat tahajudd... karna malamnya aku berdoa sama Alah buat dibangunin.. dan alhamdulillah bangunnn wuooooo
Tapi belum baca quran udah tidur lagi heuheuehue. Oke besok kita bangun pagi lagi dan baca quran okay ? :)

Oke abis itu nisya nge chat. Chta yang awalnya aku jauhin, aku ga balas balas, tapi aku merasa perlu. Perlu untuk meluruska, lebih tepatnya menceritakan sih. Jadi tadi aku telfonan, ngalor ngidul kemana mana tapi beralur sih, dan abis itu yaaa lega, seperti biasa.

Aku ceritakan.. tentang aku yang absurd dipekan pekan liburan, naik tuturn ngga jelas. Aku yang bener-bener ngga bisa mengendalikan diri diwaktu liburan, diwaktu danusan. Aku yang ngga hanya sakit jasmani tapi ruhani juga, aku yang seperti itulahhh. Lalu aku yang tidak care lagi, aku yang mengasingkan diri ke jawa timur, ke temnat tempat yang mungkin saja bisa menjadi pelepas keluh dan penat. Hah iya, nyatanya pendakian itu tidak begitu banyak mempengaruhi kondisiku, justru ditenda aku meringkih tidak enak badan. Semenyedihkan itukah ? tidak sih sebenarnya

The, sekarang aku tahu. Sejauh apapun kamu berlari, tetap tidak akan kau temukan apa yang kau cari. Temat yang kau cari adalah tempat utama yang kau jauhi. Kau cari dimana hatimu ? dikeramaian jakarta ? dikesunyian puncak gunung ? sini kuberitahu, itu tidak berarti. Temukanlah hatimu disujud-sujud malammu, dilantunan suaramu sendiri saat kau baca Al Quran, disaat kau renungi seluruh dosa-dosamu. Nah itu. Temukanlah dirimu. Kalau tetap tidak ketemu, mungkin bisa seperti caraku, meminta bantuan orang lain untuk menemukannya. Hehe

Oke then, aku merasa terlahir kembali setelah banyak hal terlewati. Yes, aku mensyukurinya. Benar-bnear menikmati liburan kali ini. Aku memang menemukan apa yang kucari, apa yang kuperlukan, apa yang harus uselesaikan, ya.. diriku sendiri. Aku kembali menemukan diriku yang ceria, diriku yang semnagta, diriku yang percaya diri dan diriku yang berusaha. Aku sekarang sudah tau bagaimana caranya tersenyum, serius! Sebelumnya aku hampir hampir tidak bisa menarik kedua otot pipiku ini, seakan akan default sehari-hariku yaa seperti ini, haha, aneh ya

Bisa bisanya sebuah amanah, sebuah keadaaan, selama waktu yang bergulir, meruntuhkan keceriaan seorang suci seperti ini. Tapi.. itu bagus. Sedikit banyak aku belajar menjadi dewasa. Aku juga cukup kewalahan dengan suci yang over, suci yang tidak punya ruang utnuk dirinya sendiri, suci yang tidak bisa mengandle pikiran dan perkataannya, suci yang terlalu banyak menggerus diri dan sudah tidak ada apa apa lagi yang tersimpan.. hua, salah, kan ? aku juga rindu suci yang dulu, suci yang kuat, kuat memendam, kuat menahan, kuat menyimpan dan mengendalikan perasaan. Suci yang tangguh dan kebal, pada banyak hal, pada rasa cinta yang belum saatnya, pada perkataan menyakitkan dan menyinggung, pada rasa gagal dan hancur. Oh ayolah, suciiii aku kangen suci yang duluuu.. ayo kembalilahh menjadi suci yangd ulu, suci yang ceria, suci yang maniiiiisss, suci yang cantik dan bersemangat. Ngga apa, ngga harus pintar, tapi harus berusaha pintar!!

Kita akan terus berpacu, karena waktu kita hanya 24 jam. Besok adalah anugrah dan kesempatan baru. Selesaikan yang bisa dilakukan hari ini. Hari kemarin tidak usah dipikirkan. Oke suci, kamu kan memantul dengan lengting sempurna. Memantul dnegan ceat dan tidak perlu memikirkan banyak hal secara berlebihan, oke ?

Aku senang sekali bisa berusaha dan maksimal, dan lebih memuaskan lagi apabila hasil usahaku itu bisa membuat orang lain tersenyum bangga. Dan modalnya adalah sungguh-sungguh, kontinu, yakin, waktu, tenaga. Oke aku akan melakukannya lagi, untuk kompre, skripsi, kehidupan tingkat 4, insyaAllah

Aku tidak akan meninggalkan adk, sungguh, kebodohan macam apa yang kamu pilih dengan meinggalkan salah satu sumber kekuatan yang Allah berikan ?
Yasudah kalau mereka seperti itu, memang semua ada saatnya, semua ada waktunya, semua butuh ruang dan waktu. Jadi, akupun juga bisa memanfaatkan ruang dan waktuku.. aku yakin kita bisa. Dan tetap pada porsinya. Jadi sedikit masa bodoh itu tidak mengapa ci :)
Ambil yang kamu butuhkan, berikan yang bisa kamu berikan sesuai porsimu, sudah :)

Dan entang cinta.... wwkwkwk. Film wedding agreement dengan perpaduan kejadian yang pas, menonoton bersama fenny. Membuatku merasa aku sudah harus menyikapi semua ini dengan dewasa. Sudah saatnya. Ini bukan cinta monyet kejar kejaran lagi. Dan mengagumi diam-diam dengan stalk dsb hanyalah sebuah investasi yang merugikan. Sudahlah ci. Sekarang, fokusku adalah menjadi sebaik baik diri. Menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dari hari harissebelumnya. Tidak mengapa, sungguh tidak mengapa kalau aku masih belum paham mata kuliah, atau aku masih kurang lancar tilawah quran, atau aku yang stuck di juz 29. oke, gapapa. Itu semua gapapa. Asal mental kamu kuat untuk memulainya lagi dan terus berjalan. Keep moving on. Jangan move back. Dan ketika kamu down, kamu harus kembali, kamu harus menepi. Jangan dipaksakan untuk terus melakukannya, dan jangan dibiarkan menepi pada temoat yang salah. Harus ke Allah.

Jadi, apapun yang kamu lakukan kini, sesedikit apapun progresnya, bersyukurlah.. alhamdulillah. Yang penting kamu tetap berjalan. Karena hidupmu kau sendiri yang menjalaninya, tanpa paksaan dan kontribusi dari orang lain. Aku ngga harus detik ini nambah havalan, ngga harus detik ini paham matkul yang susah, ngga harus detik ini selesai proposal atau bab-bab di skripsi, ngga harus ci, ngga ada satu orang pun yang erhak maksa kamu, semua harus kamu mulai dari hati, hati kamu yang kamu paksakan, bukan otak. Dia bakal cape sendiri aklo dipaksa, tapi hati, tinggal kamu kasih amunisi, dia bakal berjalan lebih kuat dan lebih tangguh dari yang kamu kira. Jadi sekarang, ready ??

Oh ya satu lagi, tingkat 4 pasti sedkit banyak akan ada satu dua gangguan, meskipun aku udah mengikrarkan diri untuk fokus, tapi mungkin ngga berjalan mulus, aku realistis. Aku tau, masih ada celah yang kubuka, dan yaudah. Seperlunya. Kamu tahu batasnya ci, bagian mana yang perlu dicukupkan, mana yang perlu dilakukan. So far so good, yang itu juga harus kamu jaga. Inget, kamu harus selesai sama diri sendiri dulu, baru siap bahas bahas kaya perasaan gitu. Ya ? insyaAllah bisa suci mah..

Tingkat 4, tingkat baru, teman baru. Gaad satupun yang tau IP terakhirku yg rendah itu. Gaada satupun yang tau aku ga beres akademiknya
Gaada satupun yang tau aku suka tidur dan ngantukan di kelas
Gaada satupun yang tau kegiatan aku apa
Fokusku apa taun ini
Apa yang aku dalami
Sejauh mana aku melangkah
Gaada yang tau
Maka dari itu, gaakan ada yang mengira, kalau aku melesat begitu jauh
Jauh sekali.
Fokus
Fokus
Melesat ci, melesat secepat yang kamu bisa.

Selesaikan matkul dipekan itu juga, bikin rangkumannya jauh jauh hari. Matkul harus selesai. Kompre harus selesai. Skripsi harus jalan tiap pekan. insyaAllah, Allah bantu.

Senin, 05 Agustus 2019

Sedang sakit

Kukira tidak akan sampai pada titik ini, titik disaat aku menonjolkan rasa egoisku, berpikir realistis dan mengenyampingkan seluruh hal yang mengambil waktuku.
Kupikir aku akan selamanya seperti ini, terus menerus menyediakan diri dan melakukan hal yang orang sukai dariku, hanya agar aku merasa berguna dan bermanfaat untuk mereka.
Kurasa sebenarnya semuanya memang perlu ada batasnya, meskipun suci yang sebelumnya tidak menyadarinya dahulu, tapi jalan takdir tahu yang terbaik. Dengan dibawanya aku ke jakarta, aku tahu aku harus menjauh dari dunia dakwah yang meminta waktuku lebih dari yang aku miliki. Tidak mengapa bagiku, tapi nyatanya memang bukan sebanyak itu porsiku.
Aku dibuat terhenti oleh jarak dan batas, agar aku mulai fokus pada diriku sendiri. Jauh dari hiruk pikuk rutinitas yang biasa kulakukan, karena Allah tahu aku tak bisa berhenti melakukannya.
Dan aku sadari semua itu. Mungkin saja jika tiga tahun yang lalu aku masih di rumah, aku bisa saja sangat lalai pada tujuan utamaku dan lebih banyak menghabiskan waktu pada sesuatu yang kuanggap benar. Nyatanya hal itu hanya pelarian atas rasa malas yang menantangku. Itu bukan kewajiban dakwah. Bahkan dakwah memintaku untuk bersikap seimbang. aku harus selesai dengan diriku sendiri.
Aku tidak ingin menyakiti lebih banyak hati lagi, tidak ingin menggoreskan luka lebih dalam lagi. Memang benar amanah dan dapat diandalkan adalah sifat yang baik, tapi aku tidak akan memilih untuk menjadi anak yang tidak amanah.
Baru menyadari tugas utama disini ? yap, Alhamdulillah. Setidaknya sudah menyadari, meskipun cukup sedikit terlambat.
Aku tahu, jelas aku tahu. Semuanya akan baik-baik saja tanpaku. Toh, jika aku tidak hadir dalam posisi itu, akan ada yang menggantikan nantinya. Lalu semua akan berjalan seperti biasa, atau bahkan akan ada sosok baru yang muncul ke permukaan.
Aku tahu, jelas tahu. Bahwa aku bukanlah satu satunya orang yang bertanggungjawab atas semua ini. Aku tidak perlu menggerakkan banyak orang untuk memajukan sesuatu yang hanya ada dalam kepalaku. Aku tidak bertanggungjawab atas itu. Walaupun sebenarnya memang ada keterlibatanku disana.
Aku tidak harus memperjuangkan sesuatu yang orang lain pun tidak mengerti apa yang tengah kuperjuangkan.
Tidak perlu banyak memikirkan, hanya cukup dijalani. Kan ?
Bukankah lebih banyak memakan waktu dan tenaga, hanya untuk sekedar memikirkan ? toh tidak akan merubah banyak hal jika itu semua tanpa tindakan berarti ?
Dan sebenarnya, kita ini sedang memerjuangkan apa ?
Bukan. Aku bukan berniat untuk mengibarkan bendera putih, aku tidak merasa ingin mundur dari semua ini. Aku tidak bermaksud untuk lepas dari ikatan ini. Aku memerlukan kalian, sungguh. Sama sekali tidak merasa bahwa akulah yang dibutuhkan. Tapi waktuku sudah cukup banyak terkuras untuk membuat kalian berubah seperti apa yang aku harapkan, dan itu merugikanku. Aku tahu, ini hanya logika manusia yang terbatas. Bahwa aku merasa rugi. Sebenarnya aku yakin tidak ada yang sia-sia. Barangkali hanya caraku saja yang salah atas semuanya. Barangkali hanya aku saja yang merasa tengah berjuang sendirian. Bukankah aku seharusnya menyadari, bahwa bentuk perjuangan kita tidak sehomogen yang kukira ?
Sejujurnya aku takut, teman.
Aku takut tanggungjawab utamaku disini aku lalaikan, aku takut aku melupakan diriku sendiri, aku takut aku tidak becus pada tujuan utamaku.
Akupun ingin, ingin sekali memaksimalkan diri untuk membuat keluargaku bahagia. Seperti alasan kalian ketika membuatku harus bertahan lebih lama dengan semua ini, sedangkan kalian mengurangi beban kalian kan ? rasanya seperti membawa dua beban sekaligus.
Bawa aku ketika kalian berjalan, rasanya saat ini aku perlu dibantu.
Aku tahu, sungguh aku tahu. Semua kontrol ada pada diriku sendiri. Aku benar-benar paham. Aku tahu aku harus membatasi diri. Aku tahu semua ini akan menyita waktu dan pikiranku, mengganggu fokusku. Aku tahu.
Mungkin aku hanya belum tahu bagaimana caranya menarik diri. Menata ulang setiap hal pada diriku sendiri.
Membuatnya selesai dan siap kembali.
Karena sesungguhnya aku tidak pernah benar-benar bisa jauh dari kalian.
Mengertilah, karena saat ini maksud kalimatku berpikir sendiri itu terasa nyata. Tidak ada satupun orang yang mampu kubagi rasa, kubagi cemas, kubagi gelisahku ini. Bahkan akupun tidak tahu, apakah pikiranku ini akan berpengaruh atau hanya menjadi pikiran hampa yang pada akhirnya kembali menyesakkan ?
Apakah kalian pernah terpikirkan tentang tanggungjawab yang akan ditanyakan kelak ? atas keberlangsungan dakwah yang terlanjur kita terima ? yang belum kita teruskan untuk adik-adik kita ?
Ah iya, bagiku, setidaknya sudah tenang jika kewajiban menyampaikan itu sudah terpenuhi. Setidaknya aku bukanlah menjadi jembatan yang rubuh ditengah.
Apakah terpikirkan pula oleh kalian, perasaanku yang tidak tenang mengetahui salah seorang diantara kita sedang tidak baik-baik saja ? kalian tahu apa ? aku tidak bisa berbuat apa-apa!
Se frustasi itukah ? iya. Dan kemungkinan besar aku akan menjalani satu tahun dengannya kembali, dengan beban batin yang bertambah.
Apa kalian akan menyalahkanku karena sedikitpun aku tak bercerita ? karena semua ini memang tak terlihat ? ya sudah. Aku tak mengharapkan apa apa. Barangkali harapanku terlalu banyak dan indah, tanpa ikhtiar apapun yang bisa kulakukan.
Tolong ajari aku bagaimana caranya untuk tidak memikirkan semua ini ? tidak memikirkan bahwa masih banyak adik-adik yang berpotensi, tapi potensi itu tertutup hanya karena malasnya aku terlibat dalam semua ini.
Ajari aku untuk tidak luluh, saat adik-adik memancarkan semangat yang entah mengapa rasanya sungguh tulus. Dan menghapuskan harapan mereka tentang kakak-kakak yang mereka banggakan ? aku tidak mampu.
Katakan padaku bagaimana caranya untuk tegar melihat kakak-kakak yang terluka lebih dari ini, namun masih saja berlama lama di jalan ini. Mengharapkan tetap ada penerus yang memahami, menginisiasi, membereskan hal-hal yang mereka ingin bereskan namun tak sempat.
Sejujurnya aku ingin menjauh, aku ingin mengasingkan diri. Aku ingin mengenali diriku lebih dalam. Aku tidak ingin siapapun menggangguku. Tapi aku tidak mampu. Aku sangat tidak mampu untuk jauh dari kalian. Bahkan untuk menuangkan semua ini pun, tidak semua orang bisa memberikan respon yang kuinginkan.
Setelah ini, kau akan apa ? memelukku lalu mengatakan maaf dan sayang ? atau menguatkanku dan memberiku pandangan optimis kedepan ? sungguh aku tidak membutuhkannya.
Aku tidak lelah dengan kalian, aku tidak membenci kalian atas hal-hal yang tidak kudapatkan. Aku tahu yang tidak sehat adalah diriku, dan inilah caraku mengobatinya.
Aku tidak akan mengikat diri lebih dalam lagi.
Aku tidak akan menyanggupi apapun yang berkaitan dengan semua ini, bahkan jika tidak ada orang sekalipun selain aku.
Aku tahu itu tidak baik, meskipun tidak ada yang salah untuk melakukannya. Aku tidak suka jika aku tidak maksimal dimana-mana, dan mirisnya itu yang aku lakukan selama ini.
Jika ada cara lain untuk mengobatiku lebih baik dari ini, tolong beri tahu caranya.
Apakah ini terlalu tiba-tiba ? aku tidak bermain kode lagi, aku sudah nyatakan bahwa aku tidak baik-baik saja.

Di kursi belakang

berarti aku yang terlalu berharap. berharap bahwa kakak adalah sosok yang luar biasa.
atau memang sebenarnya tidak ada laki-laki yang benar-benar menjaga diri ?
kecewa sekali, melihat kedekatan itu. kalau sama orang lain saja bisa sampai segitunya, lalu bagaimana dengan aku ?
jadi yang kemarin-kemarin itu apa kak ? jadi tatapan itu bukan apa apa ?
apa kakak menatap setiap orang dengan cara yang sama ?

dikursi belakang dalam ruangan itu, aku terdiam. aku benci menyaksikan keadaan, tapi lebih bersyukur karena aku diperlihatkan saat itu.
aku nggak rela, bahkan meskipun kakak hanyalah seorang kakakku, bukan siapa-siapa. aku nggak rela kakak sedekat itu sama perempuan.

aku benci dan aku sedih. aku kecewa. aku tau, semua orang bisa salah. tapi ini sungguh melukai..
kelu banget lidah ini, berapa kali gigi-gigi saling bertemu, rahang mengeras, hanya untuk menahan semua ini

aku percaya sama kakak, semengecewakan apapun kakak dimata orang-orang
aku percaya kakak, masih ada perasaan menjaga di hati kakak
atau mungkin aku hanya khusnudzon selama ini ?

aku ngikutin kakak kak, tapi kenapa kakak malah nunjukin hal yang bikin aku kecewa, banget
aku jadi benci detik-detik kemarin
ketika kakak sebelahan sama temen perempuan kakak, yaampun kak it's so close dan nggak perlu lah tangan nya main main :(

disini aku menggarisbawahi beberapa hal :
1. kakak ngga menjaga. orang yang selow juga punya batas kak.
iya kakak bener, aku gaakan cemburu lah kalo cuman duduk sebelahan doang. kapan aja dan sama siapa aja bisa.
tapi, sampai kakak perempuannya seberani itu sama kakak, aku udah ngga abis pikir lagi.
sampe tangan kakak perempuan itu kena ke kakak, hanya satu detikpun, pecah kayanya pertahananku.

buat apa kakak liat ke belakang kemarin ? mau cari tatapanku ? ya nggak akanlah aku kasih liat kalo aku merhatiin kakak.
aaa :( aku adek tingkat ingusan yang sok soan deket sama kakak. nyatanya aku sama sekali bukan siap siapa bagi kakak kan ?
 semua orang bisa lebih dekat lagi dari jarak dekat kita.
kakak nerima curhatan setiap orang, kakak mbikin orang senyum, kakak ringanin hati orang, terus apa bedanya sama aku ?

memang, saat itu aku dalam ruangan disaat ka dwek seminar. tapi mataku ngga lepas dari kakak, dan harus menyaksikan itu semua dideapn mata, rasanya..
rasanya aku lebih rela kalau kakak segera pergi. biar aku bener-bener tau, sebenernya aku suka atau nggak sama kakak.

rasanya lebih baik aku kenal kakak secukupnya saja, benar-benar tidak perlu untuk slealu dekat dengan kakak.
karena itu menyakitkan. mengetahui bahwa kenyataannya kakak tidak seperti yang kuprasangkakan.
karena aku menyadari, telah membodohi diri sendiri.
semakin kenal, semakin aku tahu seperti apa kakak.

bukan, bukan aku tidak menerima kekurangan kakak, tapi rasanya itu tak pantas kak. aku tidak mengenali kakak dengan versi seperti ini. 
Gatau .. gatau..
Aku pengen banget dapet sesuatu dari kakak, sebelum kakak pergi. Kaya dulu kak l dari kak g. Nggak semua orang peka sama kejadian itu. Dan gatau kenapa aku yang disebelah kak l.sejak itu aku tahu, kak g bukan orang biasa bagi kak l.
Ya Allah, aku ngga tau akan sebengkak apa mataku tanggal  24 Agustus nanti. Aku ngga tau apa aku kuat untuk terus diam dan seolah menjadikan dia biasa aja dihari kepergiannya ? apa aku mampu antar kakaknya nanti buat penempatan ? apa  aku kuat mendengar kata-kata terakhirnya ? meskipun nanti masih bisa kulihat apa aja yang dia lakuin di belahan bumi lain, lewat story nya. Atau bahkan kalo berani, mungkin bisa sampai chatting. Tapi itu ngga akan pernah menggantikan sebuah kehadiran.
Setelah itu, mungkin bisa jadi dua hal yang terjadi,
Aku move on. Sudah lupa dengannya. Sudah lupa bahwa dulu pernah ada sosok kakak yang begitu menguatkan dan sangat kusayang, melebihi kakak-kakak lain. Sudah lupa bahwa aku pernah punya teman bicara yang begitu mendamaikan, sudah lupa bahwa aku selama ini menahan perasaan.
Atau, rasa itu semakin membesar, dan aku menangis sejadinya. Karena rasa rindu takkan terobati. Sudah lepas, terbang entah kemana. Entah hinggap dimana, bersama siapa. Entah datang kembali atau tidak.
Mungkin pilihan terakhir ketika aku tidak kuat, akan kucetikana pada sinta. Atau mungkin pula aku akan jujur pada 40, bahwa sosok yang mereka tanyakan adalah kakak. Sudah. Kan, sudah pergi. Tidak perlu merasa risau akan terbocorkan rahasia itu. Toh, rasanya tiddak akan membesar.
Atau bahkan mungkin, nanti akan ada orang lain yang menggantikan. Akan ada nama lain yang kusebut dalam senang dan sedihku. Ada ? secepat itukah ? segampang itukah ? tidak ingin.
Rasanya seakan mempersiapkan hari menyakitkan. Dan aku akan tetap tenang, nangis saja sedikit, taapa. Jangan lupa katakan terimakasih atas seluruh jasanya selama ini. Lalu, sudah. Selamat terbang, melewati gunung dan perbukitan yang lain, merasakan hilir angin yang baru. Sekalian bawa semua kenanganku, bersamamu.
Tentang ceritaku, sudah. Kututup saja bab ini. Entah akan ada episode selanjutnya atau tidak. Setidaknya ini menjadi bahan pembelajaran dan kisah untuk anak-cucu kelak. Bahwa ibunya pernah merasa memiliki seseorang, dan itu menyakitkan. Ibunya pernah merasa begitu disayangi, dijadikan adik tersayang dan dibantu oleh sesorang yang asangat berjasa. Yang dianggap luar biasa, yang nyatanya itu hanya sesuatu yang sepele baginya.
iya, akan kusimpan saja semua ini. sudah lupakan.

kata pak presiden RI ke-3

Semangat datang atas keyakinan dan kesadaran bahwa saya manusia.

Tidak ada gunanya anda IQ nya tinggi, tapi malas, tidak punya disiplin. Yang penting adalah, anda sehat, bekerja keras, disiplin.

Agama,budaya,ilmu pengetahuan,teknologi.

Jadilah mata air yang jernih, yang memberikan kehidupan pada sekitarmu.


Rich Girl tetap perlu perbekalan, GO!

Hey ! daripada merutuki ketidakjelasan hidup, aku ingin berbagi saja betapa kayanya hidupku.

Memang sih, manusia itu suka tidak menyadari hal-hal besar yang dititipkan kepadanya. Seringnya manusia tu berpikir bahwa dia tidak bisa apa apa, tidak berguna, tidak tidak tidak. Padahal ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan , kan ? hanya saja belum jelas disadari.

Seperti detik ini, di rumah, sendiri, diam. Makanan ? ada. Minum enak ? bisa beli,ada uang. Ada akses wifi. Ada ortu. Ada kamar milik sendiri, yang kenikmatannya jarang didapet kalo di kontrakan. Bisa baca quran tanpa dek dekan. Gada yg bikin minder gegara liat orang dah belajar. Atau liat orang ibadahnya kenceng banget. Gaada. Karena akutu tipe yang ‘kalo liat orang lari, akunya malah kendor’ jadi kalo liat orang ibadahnya kenceng dan aku malah makin jatoh, ya aku down. Hehe. Aku butuh waktu dan ruang untuk memotivasi dan menata diri sendiri. Meskipun itu di tempat serame apapun, aku bisa menata diri asalkan benar-benar sendiri.

Nah terus akutu dapat kekuatan dari diri aku sendiri. Ya emang sih, dikelilingin orang dan dapet feed back baik tu salah satu energi buat orang kek aku, tapi aku juga perlu memanage diri. And then, jadi deh kekuatan besar buatku.

Oh hey, aku punyak banyak hal loh sebenarnya saat ini. Pastinya banyak temen, hehe. Alhamdulillah. Dan nggak semua kata-kata menyeramkan yang orang-orang bilang tentang kuliah tu bener loh. Kuliah itu kamu gapunya temen yang tulus ? nggak juga. Aku punya, bahkan banyak. Mereka dateng di waktu yang tepat. Mereka datang dan aku merasa menjadi orang yang berguna. Ya, mirip dengan datang kalo ada butuhnya aja ? mungkin. Tapi jelas sih, bedanya hanya di sudut pandang kita. Ngga ada yang buruk dimataku.

Orang bilang ini liburan, hmm. Bagiku ini adalah jeratan waktu yang terasa lama dan aku  tak bisa apa-apa. Huh, memang manusia jarang bersyukur. Saat penuh dan jenuh, ingin sekali segera liburan. Meronta-ronta pada waktu yang tak bisa lebih cepat datangnya. Tapi setelah diberi libur, huh ! bosan sekaliiii. Tapi sungguh, kini aku sangat tidak tahu harus melakukan apa, padahal ketika jadwal terasa penuh saat di ibu kota, sudah kurincikan hal apa saja yang ingin kulakukan..

Aku ingin beraktivitas lagi. Aku sangat butuh bersosialisasi, sehingga tidak bisa satu hariku tanpa buka wa dan ig. Berharap satu dua notif muncul dan sedikit obrolan tercipta. Aku kaya gasabar ingin ketemu temen temen di otista. Padahal kalo detik ini ke otista pun, temen temen kan masih di rumah ? lol emang wkwk. Pengen karoke rasanya wakwakawkawkakwawakwak. Ngga boleh ya ? he.

Aku diam. Menatap layar hp yang membuatku sedikit pusing dan panas. Bangun siang, karena setelah subuh tidur lagi. Beres-beres sedikit sekalii, hanya : mencuci piring, memanaskan makanan, menjemur bajuku sendiri setelah mencucinya, mengangkat jemuran, sesekali menyiram tanaman. Sisanya menonton tivi, berdialog dengan diri sendiri, kadang bapak pulang unutk sekedar makan, atau bersih-bersih diri untuk siap siap pergi lagi, hmm survey e-commerce, lalu mama pulang kantor. Dan kehidupan berulang dengan pola yang sama berminggu minggu kedepan.

Aku suka mengenang. Aku sukaaaaaa. Aku lebih banyak berimajinasi dan memanggil banyak memori masa lalu. Lebih menyenangkan daripada mencari-cari hal baru di ig, atau melihat story wa teman teman, yang kebanyakan seperti fake, ups haha.

Tapi aku juga takut sebenarnya, aku sedang mempersiapkan mental untuk menghadapi salah satu anak tangga berikutnya. Tingkat 4 dengan skripsinya. Siap ? ya ! aku siap !! SIAP BELAJAR LEBIH JAUH.
Aku ingin benar-benar menikmati prosesnya. Aku tidak ingin stress. Tidak ingin merasa terbebani, maka dari itu kusedang membangun alasan dan dorongan kuat, yang menjadi bekal kalau-kalau nanti rintangan besar menghadang.

Jadi yang pertama apa ?
1. Inget bapak.
Inget muka bapa waktu nganter kamu tes stis, pagi pagi dingin banget anter ke bandung. Waktu nunggu pas tes itu, dan kamu jadi juara pertama. Betapa bangganya ! kamu tau ga sih ? saat itu bapak udah nanem keyakinannya kalo kamu bisa. Yaampun, ada yang percaya aku bisa !!
2. Inget adek-adek cucu mbah dan engking
Kamu kaya apa sih didepan mereka ? teteh yang pinter banget, sampe kuliahnya di jakarta. Padahal jakarta kan kalo di tivi tu keras. Teteh yang tetep shalihah, kaya tiap pertanyaan tentang agama pasti bisa jawab. Teteh pokonya contoh banget deh. Teteh jarang ke enin, ke mbah. Belajar terus ato ngga sibuk di kuliah. Huft, masa iya gitu :( mencoba memenuhi ekspektasi mereka, yang bahkan tidak merasa berat aku, tidak merasa dinilai.
3. Coba lampauin batas ini, bisa, insyaAllah. Cobainnn, kamu bakal seneng banget sama pencapaian ini.
4. Tujuan hidupmu apasih ? coba deh jadiin ini karya pertama, karya besar yang waw! Kaya waktu bikin bunga tempel untuk dekorasi amuba, itu proyek besarmu kan ? kaya bikin poster sig, yang detailnya kamu pilih sendiri. Bahkan kamu masih menerka2 apa iya itu datanya bener, kesimpulannya bener, hiyahiya dah berlalu deh. Tapi really, akhirnya aku bisa !! dan meskipun ga bagus dan keren amat, setindaknya dia benar2 mencerminkan kemampuanku. Bagus kok ci, warna sama fontnya pas, kurang banyak aja isinya. Huehehehehe. Aku bisa gaes, aku hanya perlu banyak belajar!!
5. Kamu tau ? ada banyak orang yang tidak meragukanmu. Kamu memang bisa, dan mereka mendefinisikan kesuksesan dirimu dengan ekspektasinya. Tidak masalah, aku tidak merasa berat atau perlu mewujudkan semuanya. Tapi aku tahu, aku harus jadi salah satunya, menjadi mimpi yang kuwujudkan.
6. Balik lagi, ini untuk Allah. Berjanjilah, ini kupersembahkan untuk Allah. Aku mau konsisten dan sedikit-sedikit jalaninnya. Aku yakin Allah bakal bantu, dan aku ingin berusaha dengan maksimal. Aku ingin bersyukur menalaninya. Tenang, tapi tidak terlena. Bantu aku ya Allah..
7. Ini bakal jadi batu loncatan pertama, untuk suci dengan versi sejujurnya. Versi dewasa dan berusaha sungguh-sungguh. Ini buat bekal S2 !!!!
8. Skripsi ini menjadi langkah oertama untuk memulai sesuatu yang baru. Suci yang serius dan jujur. Tidak menunda lagi, dan bersegera mencapai prestasi maksimal, dimana Allah akan tersenyum setelah melihat keringatku mengalir da kakiku menapak puncak rasa syukur.

Alhamdulillah, begitu. Dan doa pertama adalah dengan melakukan yang bisakulakukan , sekarang. Tidak mengulur waktu.

Ehiya, aku senang sekali dititipi mereka. Iya, mereka anak-anak 40. aku sebenarnya membuat banyak lapisan. Aku sudah siap siap pada lingkaran ini. Dan kini satu persatu lapisan itu terbuka. Sedih atau senang ? entah.. masih ada satu lapisan yang tidak akan pernah kuberikan.  Meskipun sudah banyak yang kupercayakan pada mereka. Tidak. Tidak seluruh hidupku kok. Aku menyimpan bagian penting lainnya.

Aku ingin seutuhnya terbuka pada mereka, pada 40. aku ingin aku karoke, ingin pergi bersama, ingin main terus. Aku senang dititii mereka. Aku tahu, ini tidak akan bertahan lama. Aku tidak akan membuka isi hatiku, dengan siapa dengan siapa. Itu sangat beresiko, tapi pasi ada saatnya akan kukatakan satu nama. Entah yang mana.