Kukira tidak akan sampai pada titik ini, titik disaat aku menonjolkan rasa egoisku, berpikir realistis dan mengenyampingkan seluruh hal yang mengambil waktuku.
Kupikir aku akan selamanya seperti ini, terus menerus menyediakan diri dan melakukan hal yang orang sukai dariku, hanya agar aku merasa berguna dan bermanfaat untuk mereka.
Kurasa sebenarnya semuanya memang perlu ada batasnya, meskipun suci yang sebelumnya tidak menyadarinya dahulu, tapi jalan takdir tahu yang terbaik. Dengan dibawanya aku ke jakarta, aku tahu aku harus menjauh dari dunia dakwah yang meminta waktuku lebih dari yang aku miliki. Tidak mengapa bagiku, tapi nyatanya memang bukan sebanyak itu porsiku.
Aku dibuat terhenti oleh jarak dan batas, agar aku mulai fokus pada diriku sendiri. Jauh dari hiruk pikuk rutinitas yang biasa kulakukan, karena Allah tahu aku tak bisa berhenti melakukannya.
Dan aku sadari semua itu. Mungkin saja jika tiga tahun yang lalu aku masih di rumah, aku bisa saja sangat lalai pada tujuan utamaku dan lebih banyak menghabiskan waktu pada sesuatu yang kuanggap benar. Nyatanya hal itu hanya pelarian atas rasa malas yang menantangku. Itu bukan kewajiban dakwah. Bahkan dakwah memintaku untuk bersikap seimbang. aku harus selesai dengan diriku sendiri.
Aku tidak ingin menyakiti lebih banyak hati lagi, tidak ingin menggoreskan luka lebih dalam lagi. Memang benar amanah dan dapat diandalkan adalah sifat yang baik, tapi aku tidak akan memilih untuk menjadi anak yang tidak amanah.
Baru menyadari tugas utama disini ? yap, Alhamdulillah. Setidaknya sudah menyadari, meskipun cukup sedikit terlambat.
Aku tahu, jelas aku tahu. Semuanya akan baik-baik saja tanpaku. Toh, jika aku tidak hadir dalam posisi itu, akan ada yang menggantikan nantinya. Lalu semua akan berjalan seperti biasa, atau bahkan akan ada sosok baru yang muncul ke permukaan.
Aku tahu, jelas tahu. Bahwa aku bukanlah satu satunya orang yang bertanggungjawab atas semua ini. Aku tidak perlu menggerakkan banyak orang untuk memajukan sesuatu yang hanya ada dalam kepalaku. Aku tidak bertanggungjawab atas itu. Walaupun sebenarnya memang ada keterlibatanku disana.
Aku tidak harus memperjuangkan sesuatu yang orang lain pun tidak mengerti apa yang tengah kuperjuangkan.
Tidak perlu banyak memikirkan, hanya cukup dijalani. Kan ?
Bukankah lebih banyak memakan waktu dan tenaga, hanya untuk sekedar memikirkan ? toh tidak akan merubah banyak hal jika itu semua tanpa tindakan berarti ?
Dan sebenarnya, kita ini sedang memerjuangkan apa ?
Bukan. Aku bukan berniat untuk mengibarkan bendera putih, aku tidak merasa ingin mundur dari semua ini. Aku tidak bermaksud untuk lepas dari ikatan ini. Aku memerlukan kalian, sungguh. Sama sekali tidak merasa bahwa akulah yang dibutuhkan. Tapi waktuku sudah cukup banyak terkuras untuk membuat kalian berubah seperti apa yang aku harapkan, dan itu merugikanku. Aku tahu, ini hanya logika manusia yang terbatas. Bahwa aku merasa rugi. Sebenarnya aku yakin tidak ada yang sia-sia. Barangkali hanya caraku saja yang salah atas semuanya. Barangkali hanya aku saja yang merasa tengah berjuang sendirian. Bukankah aku seharusnya menyadari, bahwa bentuk perjuangan kita tidak sehomogen yang kukira ?
Sejujurnya aku takut, teman.
Aku takut tanggungjawab utamaku disini aku lalaikan, aku takut aku melupakan diriku sendiri, aku takut aku tidak becus pada tujuan utamaku.
Akupun ingin, ingin sekali memaksimalkan diri untuk membuat keluargaku bahagia. Seperti alasan kalian ketika membuatku harus bertahan lebih lama dengan semua ini, sedangkan kalian mengurangi beban kalian kan ? rasanya seperti membawa dua beban sekaligus.
Bawa aku ketika kalian berjalan, rasanya saat ini aku perlu dibantu.
Aku tahu, sungguh aku tahu. Semua kontrol ada pada diriku sendiri. Aku benar-benar paham. Aku tahu aku harus membatasi diri. Aku tahu semua ini akan menyita waktu dan pikiranku, mengganggu fokusku. Aku tahu.
Mungkin aku hanya belum tahu bagaimana caranya menarik diri. Menata ulang setiap hal pada diriku sendiri.
Membuatnya selesai dan siap kembali.
Karena sesungguhnya aku tidak pernah benar-benar bisa jauh dari kalian.
Mengertilah, karena saat ini maksud kalimatku berpikir sendiri itu terasa nyata. Tidak ada satupun orang yang mampu kubagi rasa, kubagi cemas, kubagi gelisahku ini. Bahkan akupun tidak tahu, apakah pikiranku ini akan berpengaruh atau hanya menjadi pikiran hampa yang pada akhirnya kembali menyesakkan ?
Apakah kalian pernah terpikirkan tentang tanggungjawab yang akan ditanyakan kelak ? atas keberlangsungan dakwah yang terlanjur kita terima ? yang belum kita teruskan untuk adik-adik kita ?
Ah iya, bagiku, setidaknya sudah tenang jika kewajiban menyampaikan itu sudah terpenuhi. Setidaknya aku bukanlah menjadi jembatan yang rubuh ditengah.
Apakah terpikirkan pula oleh kalian, perasaanku yang tidak tenang mengetahui salah seorang diantara kita sedang tidak baik-baik saja ? kalian tahu apa ? aku tidak bisa berbuat apa-apa!
Se frustasi itukah ? iya. Dan kemungkinan besar aku akan menjalani satu tahun dengannya kembali, dengan beban batin yang bertambah.
Apa kalian akan menyalahkanku karena sedikitpun aku tak bercerita ? karena semua ini memang tak terlihat ? ya sudah. Aku tak mengharapkan apa apa. Barangkali harapanku terlalu banyak dan indah, tanpa ikhtiar apapun yang bisa kulakukan.
Tolong ajari aku bagaimana caranya untuk tidak memikirkan semua ini ? tidak memikirkan bahwa masih banyak adik-adik yang berpotensi, tapi potensi itu tertutup hanya karena malasnya aku terlibat dalam semua ini.
Ajari aku untuk tidak luluh, saat adik-adik memancarkan semangat yang entah mengapa rasanya sungguh tulus. Dan menghapuskan harapan mereka tentang kakak-kakak yang mereka banggakan ? aku tidak mampu.
Katakan padaku bagaimana caranya untuk tegar melihat kakak-kakak yang terluka lebih dari ini, namun masih saja berlama lama di jalan ini. Mengharapkan tetap ada penerus yang memahami, menginisiasi, membereskan hal-hal yang mereka ingin bereskan namun tak sempat.
Sejujurnya aku ingin menjauh, aku ingin mengasingkan diri. Aku ingin mengenali diriku lebih dalam. Aku tidak ingin siapapun menggangguku. Tapi aku tidak mampu. Aku sangat tidak mampu untuk jauh dari kalian. Bahkan untuk menuangkan semua ini pun, tidak semua orang bisa memberikan respon yang kuinginkan.
Setelah ini, kau akan apa ? memelukku lalu mengatakan maaf dan sayang ? atau menguatkanku dan memberiku pandangan optimis kedepan ? sungguh aku tidak membutuhkannya.
Aku tidak lelah dengan kalian, aku tidak membenci kalian atas hal-hal yang tidak kudapatkan. Aku tahu yang tidak sehat adalah diriku, dan inilah caraku mengobatinya.
Aku tidak akan mengikat diri lebih dalam lagi.
Aku tidak akan menyanggupi apapun yang berkaitan dengan semua ini, bahkan jika tidak ada orang sekalipun selain aku.
Aku tahu itu tidak baik, meskipun tidak ada yang salah untuk melakukannya. Aku tidak suka jika aku tidak maksimal dimana-mana, dan mirisnya itu yang aku lakukan selama ini.
Jika ada cara lain untuk mengobatiku lebih baik dari ini, tolong beri tahu caranya.
Apakah ini terlalu tiba-tiba ? aku tidak bermain kode lagi, aku sudah nyatakan bahwa aku tidak baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar