berarti aku yang terlalu berharap. berharap bahwa kakak adalah sosok yang luar biasa.
atau memang sebenarnya tidak ada laki-laki yang benar-benar menjaga diri ?
kecewa sekali, melihat kedekatan itu. kalau sama orang lain saja bisa sampai segitunya, lalu bagaimana dengan aku ?
jadi yang kemarin-kemarin itu apa kak ? jadi tatapan itu bukan apa apa ?
apa kakak menatap setiap orang dengan cara yang sama ?
dikursi belakang dalam ruangan itu, aku terdiam. aku benci menyaksikan keadaan, tapi lebih bersyukur karena aku diperlihatkan saat itu.
aku nggak rela, bahkan meskipun kakak hanyalah seorang kakakku, bukan siapa-siapa. aku nggak rela kakak sedekat itu sama perempuan.
aku benci dan aku sedih. aku kecewa. aku tau, semua orang bisa salah. tapi ini sungguh melukai..
kelu banget lidah ini, berapa kali gigi-gigi saling bertemu, rahang mengeras, hanya untuk menahan semua ini
aku percaya sama kakak, semengecewakan apapun kakak dimata orang-orang
aku percaya kakak, masih ada perasaan menjaga di hati kakak
atau mungkin aku hanya khusnudzon selama ini ?
aku ngikutin kakak kak, tapi kenapa kakak malah nunjukin hal yang bikin aku kecewa, banget
aku jadi benci detik-detik kemarin
ketika kakak sebelahan sama temen perempuan kakak, yaampun kak it's so close dan nggak perlu lah tangan nya main main :(
disini aku menggarisbawahi beberapa hal :
1. kakak ngga menjaga. orang yang selow juga punya batas kak.
iya kakak bener, aku gaakan cemburu lah kalo cuman duduk sebelahan doang. kapan aja dan sama siapa aja bisa.
tapi, sampai kakak perempuannya seberani itu sama kakak, aku udah ngga abis pikir lagi.
sampe tangan kakak perempuan itu kena ke kakak, hanya satu detikpun, pecah kayanya pertahananku.
buat apa kakak liat ke belakang kemarin ? mau cari tatapanku ? ya nggak akanlah aku kasih liat kalo aku merhatiin kakak.
aaa :( aku adek tingkat ingusan yang sok soan deket sama kakak. nyatanya aku sama sekali bukan siap siapa bagi kakak kan ?
semua orang bisa lebih dekat lagi dari jarak dekat kita.
kakak nerima curhatan setiap orang, kakak mbikin orang senyum, kakak ringanin hati orang, terus apa bedanya sama aku ?
memang, saat itu aku dalam ruangan disaat ka dwek seminar. tapi mataku ngga lepas dari kakak, dan harus menyaksikan itu semua dideapn mata, rasanya..
rasanya aku lebih rela kalau kakak segera pergi. biar aku bener-bener tau, sebenernya aku suka atau nggak sama kakak.
rasanya lebih baik aku kenal kakak secukupnya saja, benar-benar tidak perlu untuk slealu dekat dengan kakak.
karena itu menyakitkan. mengetahui bahwa kenyataannya kakak tidak seperti yang kuprasangkakan.
karena aku menyadari, telah membodohi diri sendiri.
semakin kenal, semakin aku tahu seperti apa kakak.
bukan, bukan aku tidak menerima kekurangan kakak, tapi rasanya itu tak pantas kak. aku tidak mengenali kakak dengan versi seperti ini.
Gatau .. gatau..
Aku pengen banget dapet sesuatu dari kakak, sebelum kakak pergi. Kaya dulu kak l dari kak g. Nggak semua orang peka sama kejadian itu. Dan gatau kenapa aku yang disebelah kak l.sejak itu aku tahu, kak g bukan orang biasa bagi kak l.
Ya Allah, aku ngga tau akan sebengkak apa mataku tanggal 24 Agustus nanti. Aku ngga tau apa aku kuat untuk terus diam dan seolah menjadikan dia biasa aja dihari kepergiannya ? apa aku mampu antar kakaknya nanti buat penempatan ? apa aku kuat mendengar kata-kata terakhirnya ? meskipun nanti masih bisa kulihat apa aja yang dia lakuin di belahan bumi lain, lewat story nya. Atau bahkan kalo berani, mungkin bisa sampai chatting. Tapi itu ngga akan pernah menggantikan sebuah kehadiran.
Setelah itu, mungkin bisa jadi dua hal yang terjadi,
Aku move on. Sudah lupa dengannya. Sudah lupa bahwa dulu pernah ada sosok kakak yang begitu menguatkan dan sangat kusayang, melebihi kakak-kakak lain. Sudah lupa bahwa aku pernah punya teman bicara yang begitu mendamaikan, sudah lupa bahwa aku selama ini menahan perasaan.
Atau, rasa itu semakin membesar, dan aku menangis sejadinya. Karena rasa rindu takkan terobati. Sudah lepas, terbang entah kemana. Entah hinggap dimana, bersama siapa. Entah datang kembali atau tidak.
Mungkin pilihan terakhir ketika aku tidak kuat, akan kucetikana pada sinta. Atau mungkin pula aku akan jujur pada 40, bahwa sosok yang mereka tanyakan adalah kakak. Sudah. Kan, sudah pergi. Tidak perlu merasa risau akan terbocorkan rahasia itu. Toh, rasanya tiddak akan membesar.
Atau bahkan mungkin, nanti akan ada orang lain yang menggantikan. Akan ada nama lain yang kusebut dalam senang dan sedihku. Ada ? secepat itukah ? segampang itukah ? tidak ingin.
Rasanya seakan mempersiapkan hari menyakitkan. Dan aku akan tetap tenang, nangis saja sedikit, taapa. Jangan lupa katakan terimakasih atas seluruh jasanya selama ini. Lalu, sudah. Selamat terbang, melewati gunung dan perbukitan yang lain, merasakan hilir angin yang baru. Sekalian bawa semua kenanganku, bersamamu.
Tentang ceritaku, sudah. Kututup saja bab ini. Entah akan ada episode selanjutnya atau tidak. Setidaknya ini menjadi bahan pembelajaran dan kisah untuk anak-cucu kelak. Bahwa ibunya pernah merasa memiliki seseorang, dan itu menyakitkan. Ibunya pernah merasa begitu disayangi, dijadikan adik tersayang dan dibantu oleh sesorang yang asangat berjasa. Yang dianggap luar biasa, yang nyatanya itu hanya sesuatu yang sepele baginya.
iya, akan kusimpan saja semua ini. sudah lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar