Selasa, 08 Oktober 2019

ordinary boy (2)

(1)
Waktu itu, aku beradu dengan waktu. Menaiki ojek online hanya untuk mengalahkan waktu, agar dapat sesegera mungkin hadir disana, melihatmu. Ditengah perjalanan kau tahu apa ? selintas kuberpikir, mungkin ini memang jalan Allah, menjadikanku tidak hadir disana karena mungkin saja aku tidak sekuat dan sesiap jika aku hadir disana.

tapi, aku sampai juga. sudah kusiapkan kata-kata dan tindakan yang akan kulakukan, sembari berdoa semoga kau belum keluar dari ruang Auditorium, agar setidaknya aku bisa menyambutmu dengan suka cita. Salah lagi, Allah tidak Ridho pada rencanaku itu.

Macet, waktu terus berjalan. pasti tidak akan sempat. Oh, ternyata dirimu sudah disambut rekan-rekan lainnya, terkirim fotomu disana. Seperti melewatkan moment penting yang kutunggu, bagaimana menurutmu rasanya ? Ah ya, barangkali memang aku tak sekuat itu untuk bertemu tanda kepergian.

Memasuki keramaian, bismillah. Melakukan tugas kurir, belum selesai mondar-mandir. Mencari celah sana sini, antar barang dan koordinasi sana sini, lalu tak sengaja menangkap matamu, disana. diantara kerumunan banyak orang, aku menangkap matamu. mata yang tercekat, sama tercekatnya denganku.

entahlah, saat itu yang kurasa, kita saling menemukan dan memanggil lewat mata.

"eh.. suc"
"eh.. kak.. , sebentar kak mau anter ini dulu"
"..." (belum bertingkah apapun, dan tidak jadi bertingkah)

informasi ini berloncat loncat pada neuronku, cepat sekali dan aku bingung harus bagaimana. apakah tadi benar dirimu ? cepat sekali kita bertemu. dan yang kulihat, dirimu melihatku, eh (?) dan lalu, mengapa pula sih aku seakan menjanjikan sesuatu, mengatakan sebentar dulu, seakan meminta dia menunggu. Dan lagi, yang kulihat bukan hanya dirimu. atau memang itu sebenarnya alasan dirimu tercekat ? didepanmu ada orang lain, berkerudung, melihat dirimu. Hm, apakah bisa perih ini kudefinisikan cemburu ? ahah, tidak pantaslah cemburu. Jadi, yaa.. yang kemarin itu cara Allah memperkenalkan 'dia' mu padaku :)

(2)
ya, pada akhirnya kita bertemu, dengan perasaan hati yang senetral mungkin. bahkan ada foto yang terekam. tapi sungguh aku tidak ingin menangis saat itu, berucap saja aku tak bisa. dan kau pergi, aku tidak bisa menahan lebih lama, aku tidak tahu juga harus mengungkapkan apa. Tapi bersyukurlah banyak-banyak, karena saat itu kamu tidak melakukan hal-hal gila yang akan kau sesali dikemudian hari.. HHH

(3)
Pada akhirnya, moment wisuda itu tidak seperti yang aku bayangkan dan aku siapkan. mungkin juga moment perpisahan nanti, barangkali tidak sesakit itu melepas sesuatu, apalagi yang memang sebenarnya tidak pernah kita miliki.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar