Aku selalu ingat wajah itu, kalau belum dituangkan akan selalu terbersit. jadi aku tuangkan saja biar tidak berseliweran dalam pikiran dan mengganggu fokusku.
Ordinary Boy-
tidak ada yang spesial darinya, dari awal pertemuan hingga kini, atau mungkin entah nanti.
tidak ada yang istimewa darinya, dari pertama dia berucap dan menyapa, dari setiap perbincangan yang bermuara pada perasaan tenang dan lega, sungguh tidak ada yang spesial.
tidak ada yang spesial pada setiap episode dalam buku-buku bulan ku selama ini, bahkan posisinya hanya mengisi kekosongan, melengkapi seperti pasir pada gelas kaca. tidak terlihat, tapi mengisi.
sungguh aku tidak menganggapnya spesial, tapi jelas aku mengharapkan dia menjadikanku spesial, seperti apa-apa yang kudefinisikan selama ini dari tingkah lakunya padaku.
disonansi,memang. pertentangan dalam diri sendiri.
jelas, aku hanya menutupi kenyataan bahwa aku menjadikannya spesial, hanya untuk meredam rasa. menjadikannya kecil sekecil-kecilnya, sembari menyiramnya dengan subur, payah memang.
seperti menanam bibit kangkung diatas kapas, disimpan diatas genting. sudah tahu kemungkinan bertahannya akan sangat kecil, tapi tetap saja kamu paksakan. setidaknya pertambahan tingginya saja membuatmu sungguh bahagia kan ? tapi suatu saat nanti kau pun tahu, dia akan selesai.
aku tidak percaya ada yang menganggapku spesial, meskipun aku ingin ada yang menganggapku begitu.
tapi, terimakasih ordinary boy, kau membuatku memiliki perjalanan rasa yang luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar