Sabtu, 26 September 2020

Mengaumlah!

 singa Allah


sudah jelas bukan? kini kau tahu, kalau keberanian itu bekan sekadar kehadiran dan kesediaan. keberanian juga termasuk bagaimana kamu berani mengatur dirimu sendiri. 

beranilah karena kamu benar
beranilah karena itu menghiasi sikapmu
beranilah karena janji Allah menantimu!

mengaumlah, sekeras sumayyah yang bertahan dalam siksaan
mengaumlah, seteguh asiyah menghadapi kekuasaan suaminya yang merasa menjadi tuhan

berdirilah dengan tegap, karena ada yang haru diperjuangkan
berdirilah dengann teguh, karena kita tahu, tentaraNya selalu menolong kita dengan kekuatan yang tidak terlihat
berdirilah, karena jika tidak maka kau akan tergantikan

catatan :
pilar-pilar keberanian :
1. Menyakini Allah Yang Maha Kuat
bahkan api tidak akan membakarmu, karena kamu dan api sama sama hamba Allah
2. Menaklukan rasa takut
tidak ada ketakutan yang lebih besar selain takut kepada Allah. kita punya Allah, dan semuanya ada dalam genggamanNya
3. Mewarisi hal yang baik
anak cucu kita berhak menikmati apa yang kita nikmati saat ini. mereka berhak berbangga atas kejayaan kita saat ini. bangkitlah untuk mewarisi hal yang baik.
4. Sabar
beranilah, dan istiqomahlah. sejujurnya jika kita sadar, apa apa yang kita rasakan ini belum ada apa apanya dibanding dengan apa yang dihadapi orang terdahulu.
5. berharap balasan dari Allah

berani, akrena kita tahu semuanya akan Allah balas dan kita akan meraih surgaNya. 


tak ada alasan untuk takut, karena janji Allah pasti ditepati.

berani, yang bukan nekat. berani yang tertata, berani yang penuh perhitungan.

maka setelahnya, kau akan dapati dirimu dalam keberanian :

akan kau lihat dirimu yang tangguh, tahan banting, berdaya tahan besar. kuat menghadapi kesulitan.

akan kau temui dirimu yang siap menghadapi resiko ketika berterus terang pada kebenaran.

akan kau sadari ketangguhanmu menjaga keselamatan rahasia yang dititipkan padamu.

akan kau pahami dan kau lapangkan hatimu karena sudah mengakui kesalahan diri sendiri.

akan kau tatap dirimu dalam dalam ketika sudah tak ada lagi keangkuhan dan subejktifitas penilaian atas dirimu sendiri. sudah paham bahwa amanah yang besar tidak akan bisa diselesaikan dengan tanganmu yang lemah itu. kau butuh jamaah.

dan akan kau saksikan, bahwa amarahmu takluk oleh dirimu sendiri di medan laga perjuangan menahannya ketika emosi memuncak. karena kau segera sadar, bahwa dirimu tengah ditunggangi oleh setan dan kau dapat mampu mengendalikan dirimu atasnya.

maka keberanian itu akan menjadi hiasan terbaik pancaran karaktermu. maka aumanmu akan menjadi auman yang kaut dan menguatkan, auman yang membuat singa-singa lain mengaum. dan gema gema auman itu menyadarkan kaki-kaki untuk mulai melangkah.

mengaumlah, mengaumlah!

dan lalu aku tertampar

 singa Allah

ternyata aku juga pengecut. ternyata aku juga lemah. tenryata ujian itu datang berlapis-lapis.

kumpul pagi ini menyindirku sungguh dalam. 

bukankah singa tidak pernah mengaum untuk menunjukkan kekesalannya? bukankah singa tidak mengganggu semut kecil yang menghalangi jalannya? bukankah aumannya ditujukan untuk sesuatu yang lebih besar? tantangan yang lebih besar?

apa bedanya aku dengan dirimu yang hilang? kita sama sama lemah. kamu lemah untuk kembali, dan aku lemah untuk menahan luapan emosiku karena kau tak kunjung kembali. dan ketika kau kembali, rasanya seperti aku baru saja kalah. aku baru saja meluapkan banyak hal, aku baru berpuas-puas diri menceritakan banyak kesalahanmu yang ternyata menjadi ujian bagiku. lalu kini, yang menang siapa? kamu berhasil melawan diri sendiri dengan kembali, dan aku? aku terlanjur basah oleh amarah semalam.

harusnya kembalimu menjadi pembasuh penantian, harusnya kembalimu menjadi sesuatu yang melepas dahagaku. tapi kini rasanya aku malu. aku malu karena telah melempar banyak sekali prasangka buruk padamu. padahal semua itu seharusnya sebisa mungkin kutahan dalam dalam. ternyata singa sekuat dan seberani itu.

disitu nilai sabarnya

 singa Allah



aku tidak mengerti. bukankah aku mengenalmu dengan cukup baik? aku bahkan kini tahu, ketika kau sedang tidak ingin mengurusi ini dan itu, ternyata sebegitu merepotkan ini. padahal seakan rasanya semesta berputar pada porosmu. dan ketika kau berhenti, lalu bagaimanalah? semua seperti efek domino yang merusak banyak sistem dibawahnya. sesederhana kamu berhenti saja, banyak sekali langkah orang lain yang berhenti.

aku sampai tidak habis pikir, tantang apa yang kau pikirkan. lalu lagi-lagi pikiranku kembali pada praduga, bahwa apa iya kamu tidak mengerti, apa iya kamu sebenarnya tidak setangguh singa padang pasir? apakah iya setiap manusia memang ada masanya, dan saat ini memang Allah telah tetapkan hatimu sedemikian rupa? utnuk apa? apakah dengan begitu, orang lain akan mengambil alih kemudimu? bukankah semua ini akan tetap berjalan, ada atau tidaknya kita didalamnya?

aku mengenalmu, aku mengenal semangatmu, aku tahu kamu tidak baik-baik saja!

dan ketika semua ini cukup jelas kurangkai, sepertinya aku sadar, mungkin saja sebenarnya ini cara Allah mengujiku denganmu. menguji nilai sabarku. tak sampai hati aku jika membencimu, aku hanya tidak habis pikir atas perubahanmu saat ini. tapi, sebaik apapun seseorang, kini aku tahu, Allah yang mengatur segalanya.

dan Allah tahu kapan harus mengembalikan dirimu seperti semula. disaat aku sudah diujung, ternyata kamu kembali. ternyata ujianku tidak sebesar menghadapi bala tentara firaun dan hamparan laut merah. ternyara ujianku tidak sememilukan menggores luka menyembelih anak sendiri, atau ditinggalkan suami ditengah padang pasir tak bertepi. ternyata ujianku adalah diammu. diammu yang membuatku kewalahan meredam banyak sekali roda yang ikut berhenti. semoga disitu aku mendapat nilai sabarnya.

tidak bisa tidak peduli

 Singa Allah


akhir-akhir ini aku sering sekali menilai seseorang dengan sifatnya ketika orang tersebut hilang.

apa iya, bisa disebut laki-laki ketika dia menghindari tanggung jawab? apa iya dia amanah, ketika dia melalaikan apa-apa yang ada dalam menggaman tangannya? atau sebenarnya, aku saja yang telalu menuntut dan kurang bersabar?

saat itu aku sudah hampir menyerah dan tidak ingin lagi mengurusi semua hal ini. bagaimanalah, ketika tidak ada kejelasan yang dihasilkan karena semakin lama mengulur waktu? bukankah lelah sekali menunggu kepastian. ingin sekali kukatakan, begitu pengecutnya dan muaknya aku dengan sikap 'take time' seperti ini. itu hanya salah satu pemakluman yang maknanya sama saja, menghilang.

sejujurnya akupun manusia, cukup mengerti bahwa hidup kita tidak 24 jam berada pada jalan yang sama dan mengurusi hal yang sama. tetapi apakah tidak bisa dirimu mengabarkan, agar tidak perlu orang-orang kerepotan mencarimu.

karena sejujurnya, aku tidak bisa berhenti untuk peduli. aku tidak bisa untuk tidak peduli.



Jumat, 18 September 2020

jamu

 jamu ini  pahit. aku selalu menegaknya cepat-cepat. habis tak bersisa,lalu terburu-buru meminum jamu di gelas sebelahnya. jamu yang manis. 

kali ini kulihat sendok, kuambil jamu pahit itu sesendok demi sesendok. menikmati pahitnya. merasakan segar yang mengalir dan aroma yang khas. kusendok lagi sekali


, kurasakan beragam rasanya. rasa yang selama ini baru kusadari,ternyata tidak hanya pahit, tapi juga segar dan nikmat. tapi pasti, tetap pahit.

aku tahu, kamu sedang tidak ingin minum jamu pahit itu. tapi pilihanmu membuatku menikmatinya perlahan. semakin lama kamu mendiamkan, semakin panjang pula waktuku meminumnya. menikmati betapa pahitnya semua ini.

lalu kapan kita bisa meminum jamu yang manis itu? jamu manis tidak pernah kemana-mana. dia tidak akan menjauh,atau bahkan menghilang dari jamu pahit.tidak akan hanya ada pahit saja, selalu ada manis didekatnya. karena mereka diciptakan dengan berpasangan. tidak akan  selamanya kesulitan ini kita rasakan, karena selalu ada kemudahan disebelahnya.

innama al usri yusro.

jadi bagaimana kita bisa rasakan manis, kalau pahit tidak kita lewati?


Jamu pahit, aku ingin merasakannya dalam-dalam.

jamu manis, dengan porsi yang sedikit. 

Kamis, 13 Agustus 2020

Hint dari Allah

 bukankah sebelumnya aku selalu bertanya, apa makna kehadiranmu di detik ini ?

seakan semua hal yang tiba tiba kuingat, pada akhirnya membuatku melihat tapak yang selanjutnya, alu selanjutnya, lalu selanjutnya. seakan akan ini memang cara Allah untuk membuatku terus bersemangat.

apakah memang lewatmu, aku akan temukan jalan-jalan cinta dan ridhoNya?

sepertinya ini sangat membuatku bersemangat, dan lalu aku berpikir, mungkin memang kamu pengantarnya, tapi yang kamu antar adalah cinta dariNya. maka aku fokus pada apa yang kau bawa.

tiba tiba saja recomended video yutub ku mengarah pada bahasan cakupan nasional dan kementrian, yang ternyata pernah kudengar saat aku mengikuti seminarmu. lalu akhirnya ku download makalahmu dan masyaAllah, tepat sekalii. dan bertapa kerennya ternyata skripsimu, sangat relate dengan kebutuhan saat ini. selanjutnya, hint itu membuatku menelusuri lebih jauh tentang apa yang akan kuhadapi kedepannya. sungguh aku sangat tidak tahu sampai sejauh ini, sedalam dan sepanjang ini pemikirannya. lalu akhirnya, kembali dengan membawa makna bahwa aku harus berkembang. aku harus mempersiapkan semua ini. menjadikan profesiku semaksimal mungkin yang bisa dilakukan, menjadi sebaik baik amal. direncanakan jenjang karir dan kondisi yang menyertainya. oke ayo kita siap siap.

Mendengarnya melantunkan ayatMu

 pagi ini kudengar kembali lantunan ayat Tuhan yang kau baca dari lisanmu, suaramu yang kecil dan sederhana itu ternyata kembali membasahi hati. membuatku basah kuyup dengan cara mengalir seperti sungai yang tenang. aku tidak mengerti, bagaimana aliran tenang itu dapat bermuara pada hatiku dengan cara yang sungguh menampar bagaikan aku tengah berdiri dibawah air terjunnya.

aku tahu, perubahan caramu memenuhi sifat setiap huruf itu tidak semudah dan seinstan itu. 

kumaknai setiap huruf yang keluar dari makhraj yang tepat

dan ternyata benar, itu semua memberikan ruh bagi bacaan tilawah seseorang


terimakasih sudah berusaha istiqomah, kitapun sama sama tahu, ada banyak sekali tangan dibalik keistiqomahan kita saat ini

ada banyak sekali perjuangan yang dilakukan banyak orang, ada banyak sekali kepala yang ikut memikirkan bagaimana menjadikan lingkungan kami aman dan tenang untuk istiqomah, ada banyak tenaga yang dikeluarkan dan perngorbanan fisik amupun materil yang dilakukan, ada banyak syuro dan makan hati atas jalan dakwah yang dilalui pendahulu kita dengan tujuan utnuk menjaga penerusnya tetap di jalan ini

ada banyak sekali, hingga aku tahu manisnya perjuangan itu

pagi ini aku memetik buah manis itu, ketika melihatmu berprogres dengan indah..

semoga kita istiqomah dan selalu mengharap ridho-Nya :)


sincerely,

orang yg berusaha tidak berhenti memperjuangkan 

terngiang

Bagaimana rasanya disandingkan dengan nama itu ? Rasanya sungguh level kami seperti laut dan hutan. Meskipun aku tidak tahu sejauh mana pemahamannya, tapi yang kubicarakan disini adalah adab dan akhlak. Dia, sangat terjaga. Aku ? 

Dia yang sekarang, mungkin cocok dengan aku yang dulu. Aku yang pendiam dan tertutup. Aku yang penurut dan tidak mudah dibaca. Aku yang sekarang sungguh jauh sekali dengan kepribadiannya yang lembut dan tenang. Aku sungguh powerful dan energik.

lalu selanjutnya, kuceritakan kisah ini pada ina. Tentang keresahanku pada satu nama, tentang pikiranku yang terus menyebut namanya. Ina bilang, mungkin masih ada amanah yang belum tuntas, jadi terus terpikirkan. Mungkin,ya.

Hari-hari selanjutnya, aku menyorotnya. Aku selalu membawa kesadaranku ketika ada dia.

Dengan mudah dan spontan, aku masuk dalam ruang virtualnya saat seminar. Entah, semudah itu. Sebentar pula. Ingin saja. Topiknya menarik, tentang manajemen sdm. Dan sebenarnya aku berniat menonton teman2 cowo lain selain dia, tapi entah, yg lain seperti tidak semudah kesempatan melihatnya. Setelah masuk? Biasa saja. Aku ikut dengar. Sudah. Keluar lagi, pdhl belum selesai seminarnya. Sedikit orang, aku jadi merasa “eh ngapain aku disini”.

Suatu kesempatan membuat dia menjadi pengisi dalam suatu dauroh, beberapa kesempatan sebelumnya, kami (akupun terlibat) sharing dan banyak menjelaskan dalam suatu syuro, lalu hari itu, entah, aku baru menyadari, kata katanya menenangkan, mengalir perlahan namun pasti. Membawa suasana yang tenang dan dalam, dengan kata-kata yg tepat diksinya. Aku tidak pernah tahu, aku tidak pernah menyadarinya. Karena selama ini aku tidak melihat itu semua darinya. Kata katanya di chat, sungguh dingin dan seperlunya. Story pun tidak ada caption, sekalinya ada, sangat panjang dan ngena. Tapi kemarin itu, setiap kalimatnya sungguh membuatku melihatnya dengan cara yang lain.

Bahkan aku berlari ke rumah nenek untuk mengejar gmeet dan melihatnya. Nyatanya dia tidak lama menjelaskan, sudah berakhir ketika aku baru saja membuka laptop. Saat itu rasanya sedih, kecewa karena kau sendiri terlambat. Menyianyiakan kesempatan mendengarnya. Entah kenapa aku sedih. Lalu menonton recordnya. Sejak saat itu aku bertekad tidak akan skip kalau dia menjelaskan.

Bit benar, dia sedalam itu dan semengerti itu.

Lalu, menuju hari ahad, hari kajian. Aku hanya terlintas. Kukatakan pada Allah, hari ini aku jadi notulen, dan jika dia mc nya, mungkin kita berjodoh. Tapi itu hanya antara aku dan Allah.. aku semacam kek, nih ya Allah nihh, dia jadi mc gaaa.

Lalu, didepan laptop. Masuk ke room nya, dan ternyata di wa bilang mc nya adik kelas. Perasaan deg itu terasa dan aku baru sadar kalau aku deg. Oohh. Yaudah gt. Tapi setelah beberapa menit berlalu, mc tidak muncul juga, dan akhirnya diketahui bahwa sedang ada seminar di room lain yg diikuti para adik kelas. Cukup resah. Ditengah kekosongan, aku sungguh greget. Ini gada yg ngisi apa gmna, gaenak ke ustadz nya. Baru saja aku buka wa, buka grup dan hendak mengetik, isi sesuatu dulu biar ga kosong. Ternyata suaranya langsung terdengar. Deg. Inisiatifnya datang di waktu yang tepat. Lalu ternayta mc benar2 tidak muncul. Dan akhirnya kukatakan di grup, back up dulu po har? Tidak dijawab. Cukup lama. Diikuti pula oleh adik kelas, minta di back up. Lalu akhirnya, dia membuka forum dengan salam terbaik, Assalamualaikum warahmatullah.lega, dan lalu berjalan. Lalu saat itu, aku menyadarinya. Menyadari bahwa Allah mengarahkannya demikian. Dia jadi MC. Ehh.. hmmmmm. Apa iya?

Sebersit ingatan lagi, membawaku pada bayangan sosok berbaju hitam yang turun dari jpo. Aku, yang masih diatas jpo kala itu, tiba tiba merasakan ada dorongan kuat untuk mengejarnya. Entah kenapa. Hanya mempercepat langkah sihh. Dan ternyata dia belok ke fotokopian bawah jpo yang mana sebentar lagi akan kulewati saat itu. Tidak punya keperluan ke fotokopian, yasudah aku berjalan. Sedikit melirik tapi tidak lihat apa2. hanya merasa  yakin bahwa itu dia, lalu sudah. Entah saat itu dia melihatku atau tidak. Tapi, sudah.

Aku tahu kini, dia menjaga hati. Kata bit, dia bisa saja menjawab storymu. Tapi hal itu tidak akan dia lakukan. Tidak akan. Dan lalu, aku melihat dia cair didepan ikhwan, tapi sama sekali tidka menjawabku di pc. Oke, dia sekuat dan seteguh itu. Bukan dia tidak bisa, bukan dia tidak tertarik, tapi dia tidak mau, dia menahan. Lalu, sudah.

Kuingat-ingat lagi, hampir saja kami jadi hangout ke gramed saat itu. Bit mengajak kami ke gramed, dan yang mau hanya aku dan ganish. Lau bit bilang, dia mengajak satu temannya. Kutanya via pc karena aku khawatir dan merasa risih. Dan ternyata itu dia, nama itu. Dan lalu aku seketika panik dan resah. Kalau aku tidak jadi ikut, ganis kasian. Kalau jadi, aku harus bersikap apa?!

Lalu akhirnya, kukatakan pada bit bahwa aku akan bersikap selayaknya perempuan, aku akan agak aneh ya bit, ngga enak aja ada ikhwan. Lalu bit menangkapnya dengan terheran-heran.

Perjalanan itu membuat langkah kakiku berat sekali, dari kontrakan ke tj. Karena aku sungguh bingung akan bersikap bagaimana saat ada ikhwan. Dan aku sungguh takut, jika pakaianku berlebihan dan mengundang reaksi lain. Aku takut jadi menarik perhatian. Ketika sampai disana, ternyata dia tidak jadi ikut. Saat itu, ada sedikit sedih. Tapi juga tidak enak. Lalu, sudah.

Kuingat-ingat lagi,Kuingat-ingat lagi, ternyata cukup banyak. Aku saja yang tidak menyadarinya.

Aku ingat wajahnya yang keki saat kami bertemu di pasar di bali, aku menyapa nicken dengan gaya akhwat yang excited pastinya, sudah kusiapkan pula kalimat basa-basi dan siap meluncur bertanya, ketika aku melihat dirinya dibalik nicken. “ehh nickennn yaampun niick, sama.. (aku liat dia, dia kek nutupin diri gtu nunduk) siapa? Sendiri ?” dalam hati dah dijawab, oh sama dia. “sama ...” “ohh iya iya, eh niic blablabalabala”. saat itu, apa yang dia rasakan ?

Mungkin hampir sama ketika dia melihatku yang keki menghadapi qi di depan maskam.

Sudah ancang-ancang akan jalan tanpa melirik sedikitpun ke arah maskam, karena ada dirinya depan maskam. Ternyata persis ketika didepannya aku lewat, qi tiba-tiba menghampiri. Duh, ngapain si ni anak. Malu tauu ada .... !. dan qi tanya peniti! Astaghfirullah, penting banget ya? Cari alesan aja po kamu biar kita ngobrol ? hahah. Tapi malunya tu.. emmmm

Juga masa-masa open house rohis. Dari sekian banyak orang yg kuharapkan untuk datang, sampai aku mengontak bit karena kesal pada yang lain. Lalu dia yang datang. Deg. Point plus lagi.

Masa-sama ngedanus sidang? Sampe aku emosi dan lelah. Siapa yang kukabari ? dia. Kukatakan padanya, aku cukup. Aku mau berhenti dulu. Aku mau rehat dulu. Dia bilang, iya ci... gapapa..

bahkan ternyata, sudah lama Allah tunjukkan bagaimana caranya menghormati seorang perempuan. sebuah novel yang kucari, merupakan tetralogi buku dan aku telah menamatkan bagian pertama. ketika aku mencari bagian kedua, ternyata langkahku tertuju padanya. saat itu ? entah. hanya sebatas kenal dalam lingkaran yang tertutup hijab. lalu janjian bertemu - yang akupun lupa aku pernah janjian dan mungkin sekdivnya atau teman kelas satu lingkaran yang mengatakan bahwa dia punya bukunya- dan lalu di kantin bagian timur, aku melihatnya. duduk kikuk terdiam, mati gaya.saat itu aku melihatnya, hanya seorang laki-laki yang pemalu, pendiam, sepertinya tidak asik. melihatnya seperti sosokku masa SMA. lalu aku ? dengan mudahnya menghampirinya, membuat kadar groginya lebih tinggi lagi. mungkin dia kira aku akan seperti normalnya perempuan, malu-malu berbicara, menunduk dan grogi. tapi saat itu, aku benar-benar berdiri di depannya, tidak ragu menghampirinya dan lalu mulai bertanya.Astaghfirullah, kemana aku yang dulu ? entah. meskipun aku tidak juga seperti perempuan yang belum mengerti, tidak juga berlembut ria dan bersikap ramah yang asik, tapi tetap saja, sikapnya membuatku malu. "Bawa bukunya ?" "iya.. ini" lalu dia menyodorkan bukunya dan aku ambil dengan tidak ragu-ragu. "makasih ya, aku pinjam dulu", dia hanya mengangguk atau apa ya,lupa. lalu buku itu lama sekali ada padaku, lamaaa sekali. dari amanah satu ke amanah lain. lalu akhirnya, dikembalikan.

Ya ampunn, oke. Pengendalian diri, dihandle lagi biar ga autopilot.

Kalau memang dia Ya Allah, datangkanlah dengan cara yang terbaik. Cara yang membuatku amat bersyukur dipertemukan dengan dirinya, cara yang membuatku semakin terharu atas rencanaMu yang luar biasa. Pertemukanlah kami dalam keadaan yang saling terjaga. Lalu binalah kami hingga kami bertemu denganMu ya Allah. dengan siapapun sih sebenarnya, yg penting dia membuat kita mencintai dan dicintai Allah.

pointnya, lagi-lagi aku terharu dengan cara seseorang menjaga Allah.

sungguh sama sekali bukan terharu dengan segala atribut yang dimilikinya, tapi caranya tetap on the track begitu menampar. oke kamu, apa kabar? tetap on the track kah? mungkin dia memang cara Allah mengingatkanku.

mari menata lagi cinta yang harus kita dahulukan,dalam hati kita.

notulen dan mc

 kajian itu mulai rutin. Mr Coron membuat semua persiapan menjadi lebih mudah. lalu tidak terasa, ide yang tercetus itu terealisasi dengan penyempurnaan bertahap. singkat cerita, semuanya berjalan dengan baik dibawah arahan dan koordinasi syah dan har. kami membuat sistem rolling, jadi setiap orang akan pernah merasakan menjadi mc (ikhwan) dan notulen (akhwat). pekan ini ina yang mendapat bagian notulen, tetapi aku rasa dia masih perlu waktunya untuk fokus pada revisi dan lalu aku mengajukan diri menggantikan. dan seterusnya, seterusnya, seterusnya. sebenarnya biasa biasa saja, hal yang beda adalah ketika kurasa Allah berbicara padaku..

sejak kapan, ya? sejak bulan ramadhan, atau sebelumnya. dari masa awal coron datang, lalu akhirnya kami dirumahkan, lalu akhirnya komunikasi rasanya seperti candu, pertemuan seperti obat bagi segala rindu, dan berbagi info seperti kebutuhan sehari-hari. mulai dari aktivitas rumah sampai pembicaraan mendalam sebelum tidur. 

sejak kapan, ya? satu nama itu muncul entah untuk alasan apa. pada awalnya hanya tetiba terbawa mimpi bahwa orang itu sakit, atau keluarganya sedang kenapa-napa. lalu berlanjut pada keresahan sekilas dan ingin tahu kabarnya. sempat ingin langsung mengirim pesan, tapi untuk apa ya, sepertinya malu. meskipun aku bisa menjadi sangat cair dan dekat. dari situ sepertinya dimulailah nama itu terus berkeliaran dalam ingatan. entah kenapa, sebentar tapi sangat kuat, aku rasa. perasaan yang kuat, tapi belum terdefinisikan arahnya. sebersit aku berpikir, mungkin dia mendoakanku. sudah, itu saja. mungkin saja kan? sesama saudara seiman. 

lalu suatu malam, ditengah perjuangan skripsi. sepi. sunyi. penat. lalu notif yang datang sangat menggembirakan, berlanjut pada percakapan yang menyegarkan. bukan. bukan dengan seseorang dalam mimpi itu, bukan dengan nama itu. tapi dengan bit, seseorang yang entah. entah apa saja hikmah Allah mempertemukan aku dengan bit. malam itu, aku sadar sedalam dalamnya, bit terlibat dalam jaring-jaring ini. semuanya terlibat. semuanya dalam skenarioNya yang luar biasa. bagaimanakah? bit, menjadi temanku yang sangat mengenalku dengan baik di lingkup organisasi, juga menjadi temannya yang mengenal kepribadiannya dengan baik. dan nyatanya, aku dengan orang dalam mimpi itu, sama-sama terikat dalam sesuatu yang belum ada bit didalamnya saat itu. merasa menjadi salah satu sudut dalam segitiga. dan bagaikan sudut, dia hanya 60 derajat dari fokus utamaku, dia sama sekali tidak kulihat dan tidak menarik perhatianku sebelumnya. dia yang aku akui dan tidak kupungkiri baik pribadinya, baik hubungannya dengan Allah, dan pemahaman keislaman juga pergerakannya. ya iya tidak kupungkiri, selama ini sudah kulihat langsung, kami dalam langkah yang sama. 

malam itu, seharusnya tak kubiarkan percakapan mengalir pada apa yang nafsu inginkan. saling berbagi, tentang masing-masing gender. bukankah itu sangat menarik ? dan aku lagi-lagi kalah. terbawa percakapan, hanyut. membuka banyak hal yang entah akupun lupa sudah berkata apa, saking jujurnya hati di jam jam seperti itu. tidak.. bukan sesuatu yang mengarah pada nafsu gelap, tapi setidaknya membuka sisi lain yang lebih dalam yang tidak kubagikan dengan orang lain. Lalu saat itulah, saat itu bit katakan harapannya, "semoga kamu tidak melewatkan seseorang yg baik disekitarmu, ci". hampir hampir aku merasa risih karena satu nama itu, nama yang diucapkan bit itu, nama yang sejujurnya sudah adadalam pikiranku sebelum bit mengatakannya, nama itu bit ucapkan berkali-kali hingga aku merasa heran apa alasan bit begitu memaksaku untuk mempertimbangkannya. "karena aku mau yang terbaik buat kamu ci". em, oke. terdengar geli. meskipun dia mengatakannya dalam posisi adik yang sayang pada kakaknya, tapi tetap saja aku menyalahi kedekatan ini. tapi setelahnya aku benar-benar mulai memperhatikannya. menyadari seutuhnya kehadiran nama itu, kebersamaan yang tidak terasa ternyata selama ini dijalani dengan nama itu.


lalu selanjutnya, kuceritakan nanti. nanti-nanti yang sebenarnya terngiang di kepala.

Kamis, 30 Juli 2020

pemilihan raya



saat itu aku tahu, aku diproyeksikan ke suatu tempat. tapi aku dan zidna, mendaftar ke suatu kepanitiaan yang sama dengan tujuan yang berbeda. entah dengannya, tapi tujuanku saat itu : ingin terlibat.

memasuki ruang wawancara, lalu ternyata, epan. wahahah. ingin santai tapi suasana hanya berdua dalam ruangan, ditambah saat itu terasa ikhwan-akhwat vibes, tapi akhirnya aku membawanya mengalir.

"aku ingin ikut membantu mencari pemimpin, di tiap kelas-kelas"

hanya itu yang kukatakan padanya.
yang sebenarnya niatku adalah :
mencari suasana baru, membandingkan ritme kerja di organisasi umum, juga menjaga temanku, thor.

ketidaksengajaan dan kesempatan itu membawaku lebih kenal dengan ketuanya. yaa, salah satu penggerak yang lahir dari rahim dan pemahaman yang sama. Jadi begitu ya, kak, caranya bersiyasah. tapi diluar itu semua, dia benar-benar menunjukkan menjadi pemimpin dari hati. terasa sampai staf yang hanya memegan sapu seperti aku. dan dari kepanitiaan inilah aku memahami, bahwa sekecil apapun kontribusimu, kamu dibutuhkan dan disayangi, dianggap ada. sekecil apapun amanahmu, kamu terlibat, kamu akan puas dengan pencapaianmu ketika telah menyelesaikannya dengan sempurna, bahkan dalam amanah sekecil apapun itu. dan satu lagi, sesederhana sie logistik, mulai saat itu tidak akan aku remehkan sedikitpun. pekerjaan sederhana itu sungguh mendebarkan jika dianggap sepele. juga perjuangan dibalik sekotak kue diatas meja itu, tidak ada yang tahu kecuali seseorang yang rela bangun lebih pagi, memilih kue sesuai harga, menimbang kelayakannya, membungkusnya lalu akhirnya kue itu dibawa oleh seseorang yang entah siapa, sampai kepada penerimanya. puas.

dibalik kata pemilihan akbar, pesta besar yang diadakan itu, aku tahu satu hal. memantik cahaya dan jiwa kepemimpinan di tiap kelas, lebih membuatku berguna. terimakasih pemira.