Bagaimana rasanya disandingkan dengan nama itu ? Rasanya sungguh level kami seperti laut dan hutan. Meskipun aku tidak tahu sejauh mana pemahamannya, tapi yang kubicarakan disini adalah adab dan akhlak. Dia, sangat terjaga. Aku ?
Dia yang sekarang, mungkin cocok dengan aku yang dulu. Aku yang pendiam dan tertutup. Aku yang penurut dan tidak mudah dibaca. Aku yang sekarang sungguh jauh sekali dengan kepribadiannya yang lembut dan tenang. Aku sungguh powerful dan energik.
lalu selanjutnya, kuceritakan kisah ini pada ina. Tentang keresahanku pada satu nama, tentang pikiranku yang terus menyebut namanya. Ina bilang, mungkin masih ada amanah yang belum tuntas, jadi terus terpikirkan. Mungkin,ya.
Hari-hari selanjutnya, aku menyorotnya. Aku selalu membawa kesadaranku ketika ada dia.
Dengan mudah dan spontan, aku masuk dalam ruang virtualnya saat seminar. Entah, semudah itu. Sebentar pula. Ingin saja. Topiknya menarik, tentang manajemen sdm. Dan sebenarnya aku berniat menonton teman2 cowo lain selain dia, tapi entah, yg lain seperti tidak semudah kesempatan melihatnya. Setelah masuk? Biasa saja. Aku ikut dengar. Sudah. Keluar lagi, pdhl belum selesai seminarnya. Sedikit orang, aku jadi merasa “eh ngapain aku disini”.
Suatu kesempatan membuat dia menjadi pengisi dalam suatu dauroh, beberapa kesempatan sebelumnya, kami (akupun terlibat) sharing dan banyak menjelaskan dalam suatu syuro, lalu hari itu, entah, aku baru menyadari, kata katanya menenangkan, mengalir perlahan namun pasti. Membawa suasana yang tenang dan dalam, dengan kata-kata yg tepat diksinya. Aku tidak pernah tahu, aku tidak pernah menyadarinya. Karena selama ini aku tidak melihat itu semua darinya. Kata katanya di chat, sungguh dingin dan seperlunya. Story pun tidak ada caption, sekalinya ada, sangat panjang dan ngena. Tapi kemarin itu, setiap kalimatnya sungguh membuatku melihatnya dengan cara yang lain.
Bahkan aku berlari ke rumah nenek untuk mengejar gmeet dan melihatnya. Nyatanya dia tidak lama menjelaskan, sudah berakhir ketika aku baru saja membuka laptop. Saat itu rasanya sedih, kecewa karena kau sendiri terlambat. Menyianyiakan kesempatan mendengarnya. Entah kenapa aku sedih. Lalu menonton recordnya. Sejak saat itu aku bertekad tidak akan skip kalau dia menjelaskan.
Bit benar, dia sedalam itu dan semengerti itu.
Lalu, menuju hari ahad, hari kajian. Aku hanya terlintas. Kukatakan pada Allah, hari ini aku jadi notulen, dan jika dia mc nya, mungkin kita berjodoh. Tapi itu hanya antara aku dan Allah.. aku semacam kek, nih ya Allah nihh, dia jadi mc gaaa.
Lalu, didepan laptop. Masuk ke room nya, dan ternyata di wa bilang mc nya adik kelas. Perasaan deg itu terasa dan aku baru sadar kalau aku deg. Oohh. Yaudah gt. Tapi setelah beberapa menit berlalu, mc tidak muncul juga, dan akhirnya diketahui bahwa sedang ada seminar di room lain yg diikuti para adik kelas. Cukup resah. Ditengah kekosongan, aku sungguh greget. Ini gada yg ngisi apa gmna, gaenak ke ustadz nya. Baru saja aku buka wa, buka grup dan hendak mengetik, isi sesuatu dulu biar ga kosong. Ternyata suaranya langsung terdengar. Deg. Inisiatifnya datang di waktu yang tepat. Lalu ternayta mc benar2 tidak muncul. Dan akhirnya kukatakan di grup, back up dulu po har? Tidak dijawab. Cukup lama. Diikuti pula oleh adik kelas, minta di back up. Lalu akhirnya, dia membuka forum dengan salam terbaik, Assalamualaikum warahmatullah.lega, dan lalu berjalan. Lalu saat itu, aku menyadarinya. Menyadari bahwa Allah mengarahkannya demikian. Dia jadi MC. Ehh.. hmmmmm. Apa iya?
Sebersit ingatan lagi, membawaku pada bayangan sosok berbaju hitam yang turun dari jpo. Aku, yang masih diatas jpo kala itu, tiba tiba merasakan ada dorongan kuat untuk mengejarnya. Entah kenapa. Hanya mempercepat langkah sihh. Dan ternyata dia belok ke fotokopian bawah jpo yang mana sebentar lagi akan kulewati saat itu. Tidak punya keperluan ke fotokopian, yasudah aku berjalan. Sedikit melirik tapi tidak lihat apa2. hanya merasa yakin bahwa itu dia, lalu sudah. Entah saat itu dia melihatku atau tidak. Tapi, sudah.
Aku tahu kini, dia menjaga hati. Kata bit, dia bisa saja menjawab storymu. Tapi hal itu tidak akan dia lakukan. Tidak akan. Dan lalu, aku melihat dia cair didepan ikhwan, tapi sama sekali tidka menjawabku di pc. Oke, dia sekuat dan seteguh itu. Bukan dia tidak bisa, bukan dia tidak tertarik, tapi dia tidak mau, dia menahan. Lalu, sudah.
Kuingat-ingat lagi, hampir saja kami jadi hangout ke gramed saat itu. Bit mengajak kami ke gramed, dan yang mau hanya aku dan ganish. Lau bit bilang, dia mengajak satu temannya. Kutanya via pc karena aku khawatir dan merasa risih. Dan ternyata itu dia, nama itu. Dan lalu aku seketika panik dan resah. Kalau aku tidak jadi ikut, ganis kasian. Kalau jadi, aku harus bersikap apa?!
Lalu akhirnya, kukatakan pada bit bahwa aku akan bersikap selayaknya perempuan, aku akan agak aneh ya bit, ngga enak aja ada ikhwan. Lalu bit menangkapnya dengan terheran-heran.
Perjalanan itu membuat langkah kakiku berat sekali, dari kontrakan ke tj. Karena aku sungguh bingung akan bersikap bagaimana saat ada ikhwan. Dan aku sungguh takut, jika pakaianku berlebihan dan mengundang reaksi lain. Aku takut jadi menarik perhatian. Ketika sampai disana, ternyata dia tidak jadi ikut. Saat itu, ada sedikit sedih. Tapi juga tidak enak. Lalu, sudah.
Kuingat-ingat lagi,Kuingat-ingat lagi, ternyata cukup banyak. Aku saja yang tidak menyadarinya.
Aku ingat wajahnya yang keki saat kami bertemu di pasar di bali, aku menyapa nicken dengan gaya akhwat yang excited pastinya, sudah kusiapkan pula kalimat basa-basi dan siap meluncur bertanya, ketika aku melihat dirinya dibalik nicken. “ehh nickennn yaampun niick, sama.. (aku liat dia, dia kek nutupin diri gtu nunduk) siapa? Sendiri ?” dalam hati dah dijawab, oh sama dia. “sama ...” “ohh iya iya, eh niic blablabalabala”. saat itu, apa yang dia rasakan ?
Mungkin hampir sama ketika dia melihatku yang keki menghadapi qi di depan maskam.
Sudah ancang-ancang akan jalan tanpa melirik sedikitpun ke arah maskam, karena ada dirinya depan maskam. Ternyata persis ketika didepannya aku lewat, qi tiba-tiba menghampiri. Duh, ngapain si ni anak. Malu tauu ada .... !. dan qi tanya peniti! Astaghfirullah, penting banget ya? Cari alesan aja po kamu biar kita ngobrol ? hahah. Tapi malunya tu.. emmmm
Juga masa-masa open house rohis. Dari sekian banyak orang yg kuharapkan untuk datang, sampai aku mengontak bit karena kesal pada yang lain. Lalu dia yang datang. Deg. Point plus lagi.
Masa-sama ngedanus sidang? Sampe aku emosi dan lelah. Siapa yang kukabari ? dia. Kukatakan padanya, aku cukup. Aku mau berhenti dulu. Aku mau rehat dulu. Dia bilang, iya ci... gapapa..
bahkan ternyata, sudah lama Allah tunjukkan bagaimana caranya menghormati seorang perempuan. sebuah novel yang kucari, merupakan tetralogi buku dan aku telah menamatkan bagian pertama. ketika aku mencari bagian kedua, ternyata langkahku tertuju padanya. saat itu ? entah. hanya sebatas kenal dalam lingkaran yang tertutup hijab. lalu janjian bertemu - yang akupun lupa aku pernah janjian dan mungkin sekdivnya atau teman kelas satu lingkaran yang mengatakan bahwa dia punya bukunya- dan lalu di kantin bagian timur, aku melihatnya. duduk kikuk terdiam, mati gaya.saat itu aku melihatnya, hanya seorang laki-laki yang pemalu, pendiam, sepertinya tidak asik. melihatnya seperti sosokku masa SMA. lalu aku ? dengan mudahnya menghampirinya, membuat kadar groginya lebih tinggi lagi. mungkin dia kira aku akan seperti normalnya perempuan, malu-malu berbicara, menunduk dan grogi. tapi saat itu, aku benar-benar berdiri di depannya, tidak ragu menghampirinya dan lalu mulai bertanya.Astaghfirullah, kemana aku yang dulu ? entah. meskipun aku tidak juga seperti perempuan yang belum mengerti, tidak juga berlembut ria dan bersikap ramah yang asik, tapi tetap saja, sikapnya membuatku malu. "Bawa bukunya ?" "iya.. ini" lalu dia menyodorkan bukunya dan aku ambil dengan tidak ragu-ragu. "makasih ya, aku pinjam dulu", dia hanya mengangguk atau apa ya,lupa. lalu buku itu lama sekali ada padaku, lamaaa sekali. dari amanah satu ke amanah lain. lalu akhirnya, dikembalikan.
Ya ampunn, oke. Pengendalian diri, dihandle lagi biar ga autopilot.
Kalau memang dia Ya Allah, datangkanlah dengan cara yang terbaik. Cara yang membuatku amat bersyukur dipertemukan dengan dirinya, cara yang membuatku semakin terharu atas rencanaMu yang luar biasa. Pertemukanlah kami dalam keadaan yang saling terjaga. Lalu binalah kami hingga kami bertemu denganMu ya Allah. dengan siapapun sih sebenarnya, yg penting dia membuat kita mencintai dan dicintai Allah.
pointnya, lagi-lagi aku terharu dengan cara seseorang menjaga Allah.
sungguh sama sekali bukan terharu dengan segala atribut yang dimilikinya, tapi caranya tetap on the track begitu menampar. oke kamu, apa kabar? tetap on the track kah? mungkin dia memang cara Allah mengingatkanku.
mari menata lagi cinta yang harus kita dahulukan,dalam hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar