gapapa kan ? kalo keinget, kadang jadi lucu. kadang jadi kangen. kadang jadi sedih. kadang merenung. kadang nangis. kadang kalo nekat, ingin kontak orangnya. ato minimal cerita ke sinta. tapi skrg, disini aja deh.
saat itu posisinya adalah, aku biasa saja. ada dia tidak senang, tidak ada juga tidak sedih. sangat biasa saja.
tapi memang seperti biasanya, seperti itu kan ?
naik tronton, kali pertama aku diujung, dihadapannya. perjalanan juga biasa saja. aaa sungguh kalau aku ceritakan sebenarnya semuanya biasa saja. biasa saja yang mengikat. menyebalkan. menyebalkan ketika diingat kembali, menyebalkan ketika perasaanku akhirnya mengatakan dia pergi dan tidak akan terulang lagi. mencari kembali kunci hatinya. apakah aku masih disana atau tidak, atau tidak pernah disana sebenarnya.
saat itu kami sampai, setelah tronton menyasar karena jalan nya yang tidak bisa dilalui. lalu kami diberi souvenir cantik, dan langsung digunakan saat itu juga untuk minum energen. ya, kami sampai, dan tanpa ba bi bu, langsung naik ke puncak "bukit" itu. adiknya yg bilang kalo itu tidak terlalu tinggi. tapi gimana sih kalo orang baru bangun tidur trs pegel2 abis naik tronton dan abis itu diminta langsung pemanasan dan ndaki ditengah gelap. mengejar subuh di puncak. jangan ketinggalan ci, nanti kamu telat subuh loh, sugesti aku kepada aku sendiri.
jadilah saat itu, cukup hectic. memindahkan carrier, mengangkut bahan makanan, mempersiapkan barang untuk dibawa ke puncak. mengisi perut dengan hangat2. aku duduk di kursi kayu itu. yg lain ada yg beli mie, beli teh hangat, karena ada warung. atau bahkan tertidur. Diposisi itulah dia datang, adikku maksudnya. memberikan energen. lalu aku cari cangkir souvenir itu dan menuangkan energen kedalamnya. panas. sedikit-sedikit kuteguk, nikmat sekaliii sekitar jam 3 pagi minum energen itu, ditengah dinginnya angin malam.
Didepanku, seseorang yg lain berjalan ke kanan, lalu ke kiri. lalu akhirnya dia duduk di sebelahku. aku tidak mengerti ya, aku duduk saja melanjutkan minum. sampai akhirnya dia melihat ke arahku, menungguku selesai meminum. ketika aku melihat ke arahnya, dia melihat cangkirku. apa maksudnya ?? aneh banget si orang tu. lalu pelan-pelan dia mengangkat tangan mendekati cangkirku, eh ? kenapa ? sungguh aku tidak mengerti. tapi aku tidak bertanya. akhirnya cangkir itu kujauhkan dari bibir dan kuarahkan padanya. ya jelas bukan kusuapi lahh, hanya kusodorkan. lalu dia menerima. lalu dia minum. aku lupa apakah ada moment dia berkata "cangkirku gatau dimana, bareng," atau diksi yang sama. sepertinya aku melupakan bagian itu. tapi intinya, setelahnya kami minum secangkir berdua bergantian. terlalu bagus ya bahasanya, aku hanya mau mengatakan, aku minum, lalu dia minum, lalu aku minum, lalu da minum. diantara itu hanya ada diksi "tambah" "udah". hihhhh apasihhhh. ingin what ever tapi itu sweet :"
yang menjadi masalah adalah, dia ga gitu ke yg lain. apa karena yg lain gabisa digituin atau dia gamau gituin yg lain. dan kenapa harus saya sihhh.
lalu sepanjang jalan, seperti biasa. aku sudah tidak terlalu dekat. aku menciptakan jarak. tapi pada akhirnya dia lagi lagi mengambil celah ketika aku memang hanya sendiri. aku sendiri saat duduk di batu itu, menyaksikan matahari terbit disaat yg lain foto-foto. aku sendiri ketika yg lain menaiki puncak dan akhirnya dia dosampingku sampai ke puncak. aku sendiri ketika duduk di kursi kayu setelah turun, duduk, makan mie gelas di cangkir yang sama itu. dia datang, duduk. membuka-buka tempat pinsil yang kujadikan wadah sabun cuci muka. melihat isinya. bertanya, "ini wadah merek sabun cuci muka kan yg oranye?", aku jawab "bukan, yg pink", dia mangut-mangut.
sejujurnya, bersamanya aku tenang.
tapi aku tahu, hanya akan sampai situ. tidak akan kemana-mana. dan semuanya sudah kuterima sampai sejauh ini. jadi biarkan, biarkan saja semua sisa-sisa kenangan nya tetap ada. untukku sendiri saja.
masih ada yang belum kusampaikan, tapi meskipun aku diberi waktu lebih pun, aku tidak berani mengatakannya. terimakasih sudah pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar