tadi malam mimpiku aneh sekali aku masih terbangun dalam keadaan sangat menakutkan
aku tak ingin menjelaskan kronologisnya, karena itu suatu kondisi yang menyeramkan, namun terasa sekali lukanya
rasanya seperti : dirimu ditengah keputusasaan hidup, menerima takdir yang menghimpit, tidak bisa memilih selain menerima. dan sepertinya aku sangat diujung tebing, kalau maju, jatuh sudah.
rasa bersalah menghimpit, membuatku seakan seperti menjadi orang terjahat di dunia, yang menghancurkan hidup beberapa orang yang kucintai.
mimpiku itu, aku masuk dalam kehidupan suatu keluarga, keluarga dekat bahkan. lalu entah ada peristiwa apa, aku jadi harus diantara mereka, dan merekapun tidak bisa meninggalkanku. aku tidak mau, tapi aku tidak bisa menolak keputusan itu. dan akhirnya, yang perempuan merelakan tempatnya dan yang laki-laki membagi hatinya. haduh, entahlah, tapi aku sangat sakit saat itu, sangat tercekat, tak bisa apa apa. kami sama-sama menahan pilu yang membuat flek dalam keluarga.
posisi itu, aku duduk tak berdaya. sungguh terasa kerelaan dalam hati si perempuan, kerelaan untuk membagi tempatnya denganku. dia memelukku, seakan memberi kekuatan dan mengabarkan bahwa dia ikhlas menerima keputusan itu. dan rasanya seakan aku sedang memeluk kak wanda. dan aku meminta maaf, setulusnya. aku benar-benar meminta maaf telah mengganggu hidupnya.
setelahnya, berganti orang yang memelukku. kini lelaki itu yang datang. aku hendak menolak, menangis dan menangkis tidak ingin dia mendekat. tapi saat itu kami tau,kami sama-sama terluka atas ini. dia kubiarkan memelukku, lalu akhirnya kami menangis bersama. dia mengatakan, dia tidak tahu kedepannya akan seperti apa, tapi akan dia coba lakukan. dan aku lagi-lagi menangis, membiarkan dia seutuhnya menempel padaku,dan kami sebegitu dekat dan pilunya menahan rasa ini.
setelahnya, aku memeluk bapak. sangat mengatakan bahwa aku lemah dan sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. dan bapak, seperti biasa menguatkan. membuatku bisa menerima takdir seperti ini. dan lalu, sudah. mimpiku berakhir dengan cahaya yang menerobos memenuhi mata, kulihat jam sudah pukul tujuh, dan aku bersiap berangkat ke kampus.
dalam sekali luka itu, entah apa dan mengapa.
Selasa, 19 November 2019
Sabtu, 09 November 2019
bermimpi
apakah aku diizinkan untuk bermimpi ?
bermimpi penempatan pusat padahal akademik pas pasan
mungkin dengan itu, orang tuaku senang dan bersyukur, anaknya tidak jauh-jauh keluar pulau
realitanya, kemungkinan nya kecil kalau dilihat dari IP dan akademik.
tapi, entahlah. aku yakin Allah punya cara untuk mempersiapkan hamba-Nya,
dan entah kenapa rasanya, begitu yakin
tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, aku mau nge lobby Allah biar aku di pusat
ingin deket sama ortu ya Allah
mungkin aku bisa berguna buat dakwah kampus ya Allah hehe
semoga itu menjadikanku dewasa dan profesional
tidka ada yg tidak mungkin bagi Allah, insyaAllah bisa pusat kalau Allah udah bilang iya.
bermimpi penempatan pusat padahal akademik pas pasan
mungkin dengan itu, orang tuaku senang dan bersyukur, anaknya tidak jauh-jauh keluar pulau
realitanya, kemungkinan nya kecil kalau dilihat dari IP dan akademik.
tapi, entahlah. aku yakin Allah punya cara untuk mempersiapkan hamba-Nya,
dan entah kenapa rasanya, begitu yakin
tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, aku mau nge lobby Allah biar aku di pusat
ingin deket sama ortu ya Allah
mungkin aku bisa berguna buat dakwah kampus ya Allah hehe
semoga itu menjadikanku dewasa dan profesional
tidka ada yg tidak mungkin bagi Allah, insyaAllah bisa pusat kalau Allah udah bilang iya.
berpikir
aku jadi berpikir,
banyak sekali agenda yang harus dilakukan, kenapa masih sempat berleha leha ya
masih sempat mengikuti kegiatan yang tdka terlalu urgent
masih ketawa sana sini, berlelah lelah sana sini
padahal, kalau udah fokus, yaudah.
sudah ada jalan dan opsi yang akan dihadapi kedepannya
aku jadi berpikir,
semua ini kembali kepada amalan amalan sehari-hari. hubungan dengan Allah. kalau ini bagus, insyaAllah bagus kedepannya. bukankah ini yang pertama perlu dibenahi ?
jadi sekarang apa ?
perbaiki lagi dirimu c, kendalikan lagi dirimu.
banyak sekali agenda yang harus dilakukan, kenapa masih sempat berleha leha ya
masih sempat mengikuti kegiatan yang tdka terlalu urgent
masih ketawa sana sini, berlelah lelah sana sini
padahal, kalau udah fokus, yaudah.
sudah ada jalan dan opsi yang akan dihadapi kedepannya
aku jadi berpikir,
semua ini kembali kepada amalan amalan sehari-hari. hubungan dengan Allah. kalau ini bagus, insyaAllah bagus kedepannya. bukankah ini yang pertama perlu dibenahi ?
jadi sekarang apa ?
perbaiki lagi dirimu c, kendalikan lagi dirimu.
semua ini akan membawaku kemana ?
beruntungnya, aku.
seolah dirasa mampu berada satu lingkaran dengan mereka. beruntung. ya, syukuri saja dulu. meskipun kedepannya aku belum tahu, apa yang bisa aku lakukan disana.
bertambah lagi satu lapis lingkaran, entah kedepannya semua ini akan mengarahkanku kemana.
setidaknya aku tau satu hal : aku tidak bisa berdiam diri dengan keadaanku saat ini. kalau mau ikut berlayar, persiapkan diri. kalau merasa kurang cukup bekal, bawa yang bisa dibawa dan perbanyak bekal di perjalanan.
ternyata, raga dan jiwamu bukan hanya milikmu, tapi untuk dakwah ini. dan semuanya tak akan bisa berjalan kalau aku belum bersepakat dengan raga ini. aku perlu membawanya untuk terus melebihi batas yang begitu standar saat ini. aku perlu membereskan banyak hal pada diriku, dengan sedikitnya waktu yang ada. aku harus selesai dengan diriku, agar aku bisa memudahkan jalan dakwah ini. meskipun pemahamanku sekadarnya, tapi semoga maksimalnya aku pada sisi-sisi lain, akan memudahkan jalan dakwah ini.
berkahilah, Ya Allah..
luruskanlah niatku Ya Allah, aku.. sangat takut.
audzubillahiminassyaitonirrojim
seolah dirasa mampu berada satu lingkaran dengan mereka. beruntung. ya, syukuri saja dulu. meskipun kedepannya aku belum tahu, apa yang bisa aku lakukan disana.
bertambah lagi satu lapis lingkaran, entah kedepannya semua ini akan mengarahkanku kemana.
setidaknya aku tau satu hal : aku tidak bisa berdiam diri dengan keadaanku saat ini. kalau mau ikut berlayar, persiapkan diri. kalau merasa kurang cukup bekal, bawa yang bisa dibawa dan perbanyak bekal di perjalanan.
ternyata, raga dan jiwamu bukan hanya milikmu, tapi untuk dakwah ini. dan semuanya tak akan bisa berjalan kalau aku belum bersepakat dengan raga ini. aku perlu membawanya untuk terus melebihi batas yang begitu standar saat ini. aku perlu membereskan banyak hal pada diriku, dengan sedikitnya waktu yang ada. aku harus selesai dengan diriku, agar aku bisa memudahkan jalan dakwah ini. meskipun pemahamanku sekadarnya, tapi semoga maksimalnya aku pada sisi-sisi lain, akan memudahkan jalan dakwah ini.
berkahilah, Ya Allah..
luruskanlah niatku Ya Allah, aku.. sangat takut.
audzubillahiminassyaitonirrojim
Minggu, 03 November 2019
Panca
Aku sangat menyayanginya, meskipun itu adalah hal terakhir yg akan aku ungkapkan padanya.
Temanku ini, hatinya bersih.
Padahal aku tau, kita beda keyakinan. Tapi aku paham dia patuh pada apa yang dia yakini.
Temanku ini, bukan orang yang nakal, seperti yg dia katakan. Dan aku percaya. Meskipun tidak bisa memberi kepercayaan padanya.
Temanku ini, menjadi orang pertama yang kupanggil ketika terhimpit
Menjadi orang pertama yg selalu bersedia
Entahlah, sepertinya baginya hidup adalah sebuah pengabdian
Untuk memberi dan memberi
Temanku ini, kuharapkan turunnya hidayah untuknya
Atas ketulusan dan kebaikan hatinya, semoga Allah berkenan untuk memilih hatinya terbuka pada cahaya kebenaran.
Aamiin
Temanku ini, hatinya bersih.
Padahal aku tau, kita beda keyakinan. Tapi aku paham dia patuh pada apa yang dia yakini.
Temanku ini, bukan orang yang nakal, seperti yg dia katakan. Dan aku percaya. Meskipun tidak bisa memberi kepercayaan padanya.
Temanku ini, menjadi orang pertama yang kupanggil ketika terhimpit
Menjadi orang pertama yg selalu bersedia
Entahlah, sepertinya baginya hidup adalah sebuah pengabdian
Untuk memberi dan memberi
Temanku ini, kuharapkan turunnya hidayah untuknya
Atas ketulusan dan kebaikan hatinya, semoga Allah berkenan untuk memilih hatinya terbuka pada cahaya kebenaran.
Aamiin
Sabtu, 02 November 2019
temanku kuat sekali
Ada seseorang yang kau hindari hanya karena prasangka.
Seseorang yang kamu cemburui karena menurutmu dia mendapatkan sesuatu yang tidak kau dapatkan
Ada seseorang yang tengah berputar dalam pikirannya, ini dan itu, dihadapanmu. Tapi rasanya dirimu tak terlibat disana. Pun, terlalu berpihak pada ego untuk tak melibatkan diri.
Lalu,dengan teganya kau biarkan dia bersusah payah, berlelah lelah semalaman. Mungkin dia masuk angin, atau banyak rencananya yang terhimpit karena amanahnya belum selesai disini dan disitu.
Mungkin juga dia berkali-kali terganggu dan tersita waktunya hanya untuk memikirkan ini dan itu, yang sejatinya amanah-amanah itu memudahkan amanah-amanah yang kau pikul.
Kau sejenak berpikir, ah memang itu bagiannya. memang itu tugas dia, dia bisa melakukannya tanpamu. Dan prasangka itu diperkuat dengan enggannya dirimu untuk bertanya lebih dulu apa yang tengah ia tanggung detik itu, "ah, sepertinya dia mampu menyelesaikannya tanpaku. Buktinya dia masih lancar saja mengurusi ini itu" pikirmu. Lalu akhirnya kau ambil keputusan untuk tidak perlu terlalu banyak mengarahkan, meskipun kamu sangat ingin mengerjakan ini itu yang belum dilakukan olehnya.
Atau bahkan, ketika tugasmu pun diselesaikan olehnya. Apa yang kau rasakan ? entahlah.. sejenak sepertinya kau merasa payah, karena sesederhana tugas itu saja menjadi runyam akhirnya. Tapi disisi lain, egomu berkata "ah kan, itu bagianku. lihat, kini dia selesaikan sendiri. tidak suka, aku tidak suka".
Padahal, bukankah kamu pernah berada diposisinya ? Ketika runyamnya pikiranmu melebihi bola kusut yang bahkan untuk bercerita dan meminta bantuan pun perlu mengumpulkan energi yang lebih.. Bukankah pada saat saat itu, yang kau lakukan hanya mengeluh dan mengeluh ? pantas saja orang lain tidak mengerti apa yang bisa mereka lakukan, karena saat itu kau sudah tepar terlelah-lelah,tidak sempat cerita. Lalu esoknya, terburu-buru kembali memulai hari. Ah, kau harusnya sudah lebih paham,Ci.
Maaf, tapi ternyata aku lakukan itu padamu kemarin,teman.
Atas kesempitan kesabaranku, dangkalnya pemahamanku, pendeknya pemikiranku, dan besarnya egoku, sampai-sampai setega itu rasanya kulakukan itu padamu.
Aku menarik diri, membiarkanmu bersibuk-sibuk ria, memusingkan ini itu. Karena ketika aku terlibat, justru aku melukaimu dengan kata-kataku, dalam percakapan sederhana berujung perdebatan. Ah, dasar. Memang aku payah mengontrol kata-kataku.
Aku pun payah untuk menurunkan egoku, hanya untuk sekedar bertanya, apa yang bisa aku lakukan untukmu.
Aku payah untuk sekedar menyediakan telinga dan waktu untuk mendengarmu.
Aku payah.
Aku payah.
Atas amanah pertama ini, aku sangat minta maaf. Sangat. Aku memang tipe mendominasi, sok mengatur, kadang melangkahi. Tapi akupun sadar bahwa itu salah. Dan langkah selanjutnya justru lebih salah lagi kulakukan, dengan menarik diri. Tidak mengulurkan bantuan. Maaf..
Hari ini, aktualisasi dari berpekan-pekan koordinasi kita. Dan mungkin saja, jika aku yang berada dalam posisimu selama ini, aku tidak akan mampu.
Makasih ya zid, sudah berbesar hati memahamiku.
Seseorang yang kamu cemburui karena menurutmu dia mendapatkan sesuatu yang tidak kau dapatkan
Ada seseorang yang tengah berputar dalam pikirannya, ini dan itu, dihadapanmu. Tapi rasanya dirimu tak terlibat disana. Pun, terlalu berpihak pada ego untuk tak melibatkan diri.
Lalu,dengan teganya kau biarkan dia bersusah payah, berlelah lelah semalaman. Mungkin dia masuk angin, atau banyak rencananya yang terhimpit karena amanahnya belum selesai disini dan disitu.
Mungkin juga dia berkali-kali terganggu dan tersita waktunya hanya untuk memikirkan ini dan itu, yang sejatinya amanah-amanah itu memudahkan amanah-amanah yang kau pikul.
Kau sejenak berpikir, ah memang itu bagiannya. memang itu tugas dia, dia bisa melakukannya tanpamu. Dan prasangka itu diperkuat dengan enggannya dirimu untuk bertanya lebih dulu apa yang tengah ia tanggung detik itu, "ah, sepertinya dia mampu menyelesaikannya tanpaku. Buktinya dia masih lancar saja mengurusi ini itu" pikirmu. Lalu akhirnya kau ambil keputusan untuk tidak perlu terlalu banyak mengarahkan, meskipun kamu sangat ingin mengerjakan ini itu yang belum dilakukan olehnya.
Atau bahkan, ketika tugasmu pun diselesaikan olehnya. Apa yang kau rasakan ? entahlah.. sejenak sepertinya kau merasa payah, karena sesederhana tugas itu saja menjadi runyam akhirnya. Tapi disisi lain, egomu berkata "ah kan, itu bagianku. lihat, kini dia selesaikan sendiri. tidak suka, aku tidak suka".
Padahal, bukankah kamu pernah berada diposisinya ? Ketika runyamnya pikiranmu melebihi bola kusut yang bahkan untuk bercerita dan meminta bantuan pun perlu mengumpulkan energi yang lebih.. Bukankah pada saat saat itu, yang kau lakukan hanya mengeluh dan mengeluh ? pantas saja orang lain tidak mengerti apa yang bisa mereka lakukan, karena saat itu kau sudah tepar terlelah-lelah,tidak sempat cerita. Lalu esoknya, terburu-buru kembali memulai hari. Ah, kau harusnya sudah lebih paham,Ci.
Maaf, tapi ternyata aku lakukan itu padamu kemarin,teman.
Atas kesempitan kesabaranku, dangkalnya pemahamanku, pendeknya pemikiranku, dan besarnya egoku, sampai-sampai setega itu rasanya kulakukan itu padamu.
Aku menarik diri, membiarkanmu bersibuk-sibuk ria, memusingkan ini itu. Karena ketika aku terlibat, justru aku melukaimu dengan kata-kataku, dalam percakapan sederhana berujung perdebatan. Ah, dasar. Memang aku payah mengontrol kata-kataku.
Aku pun payah untuk menurunkan egoku, hanya untuk sekedar bertanya, apa yang bisa aku lakukan untukmu.
Aku payah untuk sekedar menyediakan telinga dan waktu untuk mendengarmu.
Aku payah.
Aku payah.
Atas amanah pertama ini, aku sangat minta maaf. Sangat. Aku memang tipe mendominasi, sok mengatur, kadang melangkahi. Tapi akupun sadar bahwa itu salah. Dan langkah selanjutnya justru lebih salah lagi kulakukan, dengan menarik diri. Tidak mengulurkan bantuan. Maaf..
Hari ini, aktualisasi dari berpekan-pekan koordinasi kita. Dan mungkin saja, jika aku yang berada dalam posisimu selama ini, aku tidak akan mampu.
Makasih ya zid, sudah berbesar hati memahamiku.
-Sekretaris TM,setelah Seminar Qur'an-
2/11/2019
tidak, tidak seperti yang kamu kira Suc!
aku tidak tahu bahwa ternyata penjagaan Allah meliputi apa apa yang bahkan tidak sempat aku pikirkan.. Astaghfirullah.. MasyaAllah..
bahkan selama ini Allah menjaga hatiku, menjaga prasangkaku atas sesuatu. Allah jaga aib-aib hamba-Nya, benar2 dijaga. sampai sampai aku masih tetap terpesona dengan apa apa yang dia lakukan, meskipun mulai terlihat beberapa hal yang mungkin saja tak bisa diterima setiap orang.
aku.. sampai kelu Ya Allah..
benar.. mungkin saja aku tidak cukup kuat untuk menghadapinya. jadilah sosok itu tidak didekatkan padamu, tidak dihadapkan padamu. Alhamdulillah. Bukankah jika dibanding temannya, dia lebih bisa menyakitimu ? bukankah temannya lebih mudah untuk kau terima ? bukankah banyak hal yang kau syukuri setelah ini ? Aaaa masyaAllah..
maafkan aku Ya Allah, yang pernah terlalu sempit berpikir..
maafkan aku yang sangat sok tahu ini Ya Allah..
benar-benar Engkau telah persiapkan yang terbaik untuk kami, pasti.
tidak ada kedzoliman sedikitpun.
aku tidak sakit hatiiiiii, sungguh. aku justru bersyukur kini.
dan tolong yaa suc, ini dijadikan pelajaran bahwa apa apa yang kamu dapat saat ini sungguh, yang terbaik diantara yang terbaik suc. ngga pernah sedikitpun yang orang lain itu lebih baik dan kamu perlu cemburu. ga boleh suc, gausah, karna sungguh, YANG TERBAIK SUDAH KAMU DAPATKAN, TIDAK PERLU MENGAIS YANG BIASA SAJA UNTUKMU.
saat ini, seperti itu dulu. oke, satu kegiatan membuka siapa dirimu.
entah nanti, entah.
tapi semua ini membuatku mempunyai alasan yang cukup untuk menguatkan hati dan menjadikan dirimu seseorang yang tidak perlu terlalu aku pikirkan :)
terimakasih banyaaaak <3
bahkan selama ini Allah menjaga hatiku, menjaga prasangkaku atas sesuatu. Allah jaga aib-aib hamba-Nya, benar2 dijaga. sampai sampai aku masih tetap terpesona dengan apa apa yang dia lakukan, meskipun mulai terlihat beberapa hal yang mungkin saja tak bisa diterima setiap orang.
aku.. sampai kelu Ya Allah..
benar.. mungkin saja aku tidak cukup kuat untuk menghadapinya. jadilah sosok itu tidak didekatkan padamu, tidak dihadapkan padamu. Alhamdulillah. Bukankah jika dibanding temannya, dia lebih bisa menyakitimu ? bukankah temannya lebih mudah untuk kau terima ? bukankah banyak hal yang kau syukuri setelah ini ? Aaaa masyaAllah..
maafkan aku Ya Allah, yang pernah terlalu sempit berpikir..
maafkan aku yang sangat sok tahu ini Ya Allah..
benar-benar Engkau telah persiapkan yang terbaik untuk kami, pasti.
tidak ada kedzoliman sedikitpun.
aku tidak sakit hatiiiiii, sungguh. aku justru bersyukur kini.
dan tolong yaa suc, ini dijadikan pelajaran bahwa apa apa yang kamu dapat saat ini sungguh, yang terbaik diantara yang terbaik suc. ngga pernah sedikitpun yang orang lain itu lebih baik dan kamu perlu cemburu. ga boleh suc, gausah, karna sungguh, YANG TERBAIK SUDAH KAMU DAPATKAN, TIDAK PERLU MENGAIS YANG BIASA SAJA UNTUKMU.
saat ini, seperti itu dulu. oke, satu kegiatan membuka siapa dirimu.
entah nanti, entah.
tapi semua ini membuatku mempunyai alasan yang cukup untuk menguatkan hati dan menjadikan dirimu seseorang yang tidak perlu terlalu aku pikirkan :)
terimakasih banyaaaak <3
Langganan:
Postingan (Atom)