Kamis, 29 Juni 2017

kacamata dan sepeda

Aku senang punya orang yang aku kenal seperti dia, aku senang punya kakak sepertinya. Aku senang mengalami hal yang sama dengannya. Aku senang bertemu dengan dirinya. Aku ingin lebih dekat sebagai sahabat. Aku ingin dekat sebagai sahabat
Semoga kami bisa saling menebar senyuman


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_onthel

 sumber :  vin8it.deviantart.com

When every thing began possible

"When every thing began possible"

Every thing began possible because i have Allah who made every thing possible to me

unseen


Aduh ul, aku gatau harus ngomong apalagi ke kamu. 

Betapa kamu sangat bisa jadi panutan, sedangkan aku hanyalah secuil darimu. 
Aku merasa malu pada diriku sendiri. 
Bisa bisanya hijab itu hanaya terpasang padamu, tapi dihadapan orang lain bagai bias saja. 
Hanya kamu dan mungkin beberapa ihwan lainnya.

 Ini semua salah. 
Seharusnya aku belajar untuk terbiasa bersikap seorlah tetap ada hijab, terbiasa untuk bertingkah seperti ada hijab yang tak nyata, yang justru akan sangat jelas keberadaannya. 

Terlebih ketika kita bertemu. 
Kenapa, kenapaa pertemuan itu terjadi,lagi dan lagi. 
Seolah dunia ini ingin memperlihatkan wajahmu, ingin mengenalkan senyummu, ingin menjelaskan seperti apa dirimu, disetiap kondisi,keadaan dan situasi. 

Aku paham,cukup paham.
 Hijab ini penting untuk kita,dan kita butuh ini dalam menjalani jalan dakwah ini. 
Akupun merasa tenang dan damai dikelilingi oleh orang yang memang mengerti dan dekat dengan-Mu. Aku setidaknya pernah mendapat ilmu itu dan setidaknya sejauh ini aku terbiasa mengaplikasikannya.

menembus batas jarak


Hari ini aku mengerti, mengapa kalian terasa tetap dekat meskipun kita terpisahkan oleh jarak
Bahwan kita terpisah dunia dan jarang bersinggungan
Tapi ketahuilah kawan, jiwa jiwa kalian tetap ada bersamaku, kalian tetap disekitarku..
Kalian ada disini,walau dibungkus dengan sosok yang lain..
Aku lihat kelembutan itu pada orang yang bersamaku kini
Aku dapat kehangatan itu dari mereka kini
Aku menyambut rasa cinta yang sama

jembatan



Aku suci. Aku bagian dari mereka.
Aku juga suci, dan aku juga bagian dari mereka.
Aku sayang dia, aku inginkan kemudahan untuknya. Tapi aku juga inginkan keteratuan dan mengikuti alu yang ada.
Ya Allah, kenapa Engkau tempatkan aku dalam posisi ini ? ketika rasanya terpojokkan tapi benar benar tak bisa membela keduanya. Yng kanan meminta begini, yang kiri mengatakan begini. Dan lihatlah, aku yang masih anak bawang ini hanya bisa diam melihat kening mereka berkerut, bibir mereka bersiap menerjang, telinga mereka serius mendengarkan.
Kenapa mereka tuh ga coba berpikir lebih tenang dan lebih kritis ? kenapa harus dibuat kaya gini, kaya gini, sejujurnya dibuat kaya gitu kan buat memudahkan, pernah ga sih mereka mikir kemungkinan kemungkinan alesan dibalik itu ? pasti ada yang dilakukan untuk sebuah proses yang lama, pasti ada yg dipertimbangkan untuk sebuah keputusan.
Mengapa mereka tidak mencoba mengerti ??
Mengapa mereka terus mempertanyakan tanpa mencoba untuk menemukan alasan dibaliknya?
Apalah ini, posisi ini sungguh menyulitkan. Terlebih lagi aku adalah jantungnya. Inti dari badan itu.
Tidak. Aku tidak membela siapapun,atau apapun. Hal yang kubenci adalah  ketika aku merasa menjadi sosok yang lain ditengah keluargaku sendiri, ketika aku merasa sudah tak nyaman dan ingin sekali pergi darisana. Bagaimanalah rasanya jika separuh dari dirimu mengomentari separuh dari dirimu yang lain, dan kamu hanya bisa diam. Dilema.
Oh apakah semua ini dirasakan pula oleh yang lain ? oh apakah mereka pun menanggung beban yang sama ?
Aakah menjadi jembatan terasa sesulit ini ? apakah jembatan akan diam saja ketika dua ujung talinya terelai ?
Apakah aku berlbihan ? apakah yang lain merasakannya atau tidak ?
Apa yang harus aku lakukan Ya Allah ? apa yang harus kukatakan pada mereka ? mengatakan bahwa aku samasekali tidak mengerti tentang yang emereka katakan ? aku baru saja masuk dan belum mengerti ada apa dibalik semua ini. Aku membenci ketidaktahuanku ini, karena aku tidak bisa meluruskan apa yang sebenarnya bisa kuluruskan.
Untuk menjadi jembatan yang baik, aku harus kuat.
Untuk menjadi jembatan yang kokoh, aku harus hebat.
Untuk menjadi jembatan yang aman, aku harus siap.
Untuk menjadi jembatan yang hangat,aku harus mendengarkan.
Dan untuk menjadi jembatan yang menyambungkan dua arah, aku harus tahu caranya.
Silakan, silakan katakan saja. Sebentar lagi aku akan meluruskan, bahwa sebenarnya yang terjadi itu tidak semuanya seperti yang kita lihat ataupun yang kita pikirkan.
Akan kuluruskan. Dan aku harus kuat. Untuk menanggung beban yang keras, pastilah jembatan harus kuat.
Untuk membawa beban yang tidak seimbang, jembatan harus tenang.
Untuk menjadi penghubung yang baik, jembatan harus mendengarkan apa  yang penyebrang inginkan.

Ya. Jembatan bisa putus kapan saja. Tapi aku jembatan yang kuat. Aku akan mengantarkan pesan dengan baik, agar kedua tempat yang kusambungkan menjadi lebih baik dari sebelumnya.