Aku suci. Aku bagian dari mereka.
Aku juga suci, dan aku juga bagian dari mereka.
Aku sayang dia, aku inginkan kemudahan untuknya. Tapi aku
juga inginkan keteratuan dan mengikuti alu yang ada.
Ya Allah, kenapa Engkau tempatkan aku dalam posisi ini ? ketika
rasanya terpojokkan tapi benar benar tak bisa membela keduanya. Yng kanan
meminta begini, yang kiri mengatakan begini. Dan lihatlah, aku yang masih anak
bawang ini hanya bisa diam melihat kening mereka berkerut, bibir mereka bersiap
menerjang, telinga mereka serius mendengarkan.
Kenapa mereka tuh ga coba berpikir lebih tenang dan lebih
kritis ? kenapa harus dibuat kaya gini, kaya gini, sejujurnya dibuat kaya gitu
kan buat memudahkan, pernah ga sih mereka mikir kemungkinan kemungkinan alesan
dibalik itu ? pasti ada yang dilakukan untuk sebuah proses yang lama, pasti ada
yg dipertimbangkan untuk sebuah keputusan.
Mengapa mereka tidak mencoba mengerti ??
Mengapa mereka terus mempertanyakan tanpa mencoba untuk
menemukan alasan dibaliknya?
Apalah ini, posisi ini sungguh menyulitkan. Terlebih lagi
aku adalah jantungnya. Inti dari badan itu.
Tidak. Aku tidak membela siapapun,atau apapun. Hal yang
kubenci adalah ketika aku merasa menjadi
sosok yang lain ditengah keluargaku sendiri, ketika aku merasa sudah tak nyaman
dan ingin sekali pergi darisana. Bagaimanalah rasanya jika separuh dari dirimu
mengomentari separuh dari dirimu yang lain, dan kamu hanya bisa diam. Dilema.
Oh apakah semua ini dirasakan pula oleh yang lain ? oh
apakah mereka pun menanggung beban yang sama ?
Aakah menjadi jembatan terasa sesulit ini ? apakah jembatan
akan diam saja ketika dua ujung talinya terelai ?
Apakah aku berlbihan ? apakah yang lain merasakannya atau
tidak ?
Apa yang harus aku lakukan Ya Allah ? apa yang harus
kukatakan pada mereka ? mengatakan bahwa aku samasekali tidak mengerti tentang
yang emereka katakan ? aku baru saja masuk dan belum mengerti ada apa dibalik
semua ini. Aku membenci ketidaktahuanku ini, karena aku tidak bisa meluruskan
apa yang sebenarnya bisa kuluruskan.
Untuk menjadi jembatan yang baik, aku harus kuat.
Untuk menjadi jembatan yang kokoh, aku harus hebat.
Untuk menjadi jembatan yang aman, aku harus siap.
Untuk menjadi jembatan yang hangat,aku harus mendengarkan.
Dan untuk menjadi jembatan yang menyambungkan dua arah, aku
harus tahu caranya.
Silakan, silakan katakan saja. Sebentar lagi aku akan
meluruskan, bahwa sebenarnya yang terjadi itu tidak semuanya seperti yang kita
lihat ataupun yang kita pikirkan.
Akan kuluruskan. Dan aku harus kuat. Untuk menanggung beban
yang keras, pastilah jembatan harus kuat.
Untuk membawa beban yang tidak seimbang, jembatan harus
tenang.
Untuk menjadi penghubung yang baik, jembatan harus
mendengarkan apa yang penyebrang
inginkan.
Ya. Jembatan bisa putus kapan saja. Tapi aku jembatan yang
kuat. Aku akan mengantarkan pesan dengan baik, agar kedua tempat yang
kusambungkan menjadi lebih baik dari sebelumnya.