baiklah, aku akan berjuang..
bukan hanya untuk menjadi contoh yang baik bagi mereka, tapi juga untuk sampai pada tujuan kami..
baiklah, aku akan tetap berusaha..
berusaha ada di jalan ini, berusaha memberikan segenap yang bisa kuberikan
sesedikit apapun kontribusi yang bisa aku lakukan
sungguh, pancaran semangatnya tidak bisa aku bendung
tidak bisa membuatku tanpa merasa bersalah mendiamkan diri untuk terlibat
atas kesakitan, kepercayaan, dan kesungguhan itulah, seakan ada tunggu semangat yang tetap menyala, meskipun sakit sekali menjalaninya
ya Allah.. jagalah kami di jalanMu ini..
baiklah.. aku punya teman-teman yang luar biasa, adik-adik yang luar biasa.. mereka tidak akan membiarkan ini semua berhenti. hati-hati yang tulus pasti akan Allah gerakkan..
baiklah.. tiba saatnya menyelesaikan bagianku, memaksimalkan peran yang sudah disematkan padaku, dan aku akan melakukannya..
untuk memudahkan banyak hal juga nantinya, untuk menjadi pembuka jalan bagi adik2, untuk menjadi bentuk perjuangan dengan teman2, untuk bukti baktiku pada orang tua, untuk kupersembahkan pada-Nya sebagai bentuk kesungguhan ibadah.
bismillah, semangat seminar sidang wisuda
sekian hitungan lagi, dan kita akan bertemu di puncak.
Minggu, 31 Mei 2020
Sebuah Pasukan
Sebuah pasukan besar dihimpun dalam suatu lingkaran atas nama cinta
aku tidak tahu, sebesar apa cinta yang ada dalam prajurit-prajuritku itu.
akupun tidak tahu, dalam kepalanya apa yang sedang terukir ketika aku berbicara.
yang aku tahu, mereka dikirimkan Allah padaku, dan tidak ada yang sia-sia atasnya.
yang akupun tahu, baik aku maupun dirinya, sama - sama orang yang terpilih, setidaknya untuk saling bertemu.
pasukan ini amat lembut.. membangunkannya dengan teramat halus. menyentuh hati hingga mensinkronisasi pikiran, lalu tercipta gelombang frekuensi yang indah diatas kesatuan paham dan kesamaan langkah. sinergi atas nama cinta
kamu tahu, bagaimana kami menggemparkan kampus dalam kesunyian ?
kami memang diam, tapi hati kami bersatu. terikat dengan cinta
kamu tahu, seperti apa rasanya terkoneksi dengan banyak kebaikan ?
kami menyusun sistem amal jariyah jangka panjang, mari, bergabunglah, kamu tidak akan kecewa
dengan syarat hatimu bening. dan akmu bersedia membeningkan hatimu. tidak ada yang tidak basah, jika sudah tenggelam dalam lautan kebaikan. tidak ada yang kembali dengan tangan kosong, seakan melihat sungai hikmah yang terus mengalir. selamanya membasahi ragamu yang kering.
aku, bahagia dalam perjuangan ini
meskipun harus berkali kali bertarung dengan diri sendiri
mengangkat pedang untuk menggores luka sendiri
lalu akhirnya menyadari, setelahnya berubah menjadi lebih kuat dari ini
akupun bahagia, menyaksikan semuanya terjadi dari tempatku berdiri ini
mlihat jundi-jundi kecil tumbuh dan berkembang
memapahnya ketika jatuh, membuatnya kembali percaya pada cintaNya
melihat prosesnya dari redup hingga bersinar, lalu dia pun berdiri pada posisi yang sama dulu denganku
dan bagian yang terperih adalah ketika melihatnya terluka, terhimpit, terbebani atas sesuatu yang dengan tanganku sendiri kuberikan padanya
pada akhirnya kami saling mengerti, betapa pundak ini tidak akan berhenti memopang beban
dan ikatan yang lebih kuat dari ikatan manusia lainnya ialah ikatan hati
yang saling bersatu, sebanyak apapun harta digadaikan untuk merelainya, sebesar apapun gunung untuk memisahkan. karena yang menyatukan hati-hati kami adalah cinta, cinta karena-Nya dan untuk-Nya.
tetaplah berada di jalan ini, saudaraku.. semoga kita bertemu meskipun beda kendaraan untuk mencapainya, kita akan kembali berkumpul di tujuan kita..
uhibbukum fillah,
Pasukan Pasukan Dakwah
aku tidak tahu, sebesar apa cinta yang ada dalam prajurit-prajuritku itu.
akupun tidak tahu, dalam kepalanya apa yang sedang terukir ketika aku berbicara.
yang aku tahu, mereka dikirimkan Allah padaku, dan tidak ada yang sia-sia atasnya.
yang akupun tahu, baik aku maupun dirinya, sama - sama orang yang terpilih, setidaknya untuk saling bertemu.
pasukan ini amat lembut.. membangunkannya dengan teramat halus. menyentuh hati hingga mensinkronisasi pikiran, lalu tercipta gelombang frekuensi yang indah diatas kesatuan paham dan kesamaan langkah. sinergi atas nama cinta
kamu tahu, bagaimana kami menggemparkan kampus dalam kesunyian ?
kami memang diam, tapi hati kami bersatu. terikat dengan cinta
kamu tahu, seperti apa rasanya terkoneksi dengan banyak kebaikan ?
kami menyusun sistem amal jariyah jangka panjang, mari, bergabunglah, kamu tidak akan kecewa
dengan syarat hatimu bening. dan akmu bersedia membeningkan hatimu. tidak ada yang tidak basah, jika sudah tenggelam dalam lautan kebaikan. tidak ada yang kembali dengan tangan kosong, seakan melihat sungai hikmah yang terus mengalir. selamanya membasahi ragamu yang kering.
aku, bahagia dalam perjuangan ini
meskipun harus berkali kali bertarung dengan diri sendiri
mengangkat pedang untuk menggores luka sendiri
lalu akhirnya menyadari, setelahnya berubah menjadi lebih kuat dari ini
akupun bahagia, menyaksikan semuanya terjadi dari tempatku berdiri ini
mlihat jundi-jundi kecil tumbuh dan berkembang
memapahnya ketika jatuh, membuatnya kembali percaya pada cintaNya
melihat prosesnya dari redup hingga bersinar, lalu dia pun berdiri pada posisi yang sama dulu denganku
dan bagian yang terperih adalah ketika melihatnya terluka, terhimpit, terbebani atas sesuatu yang dengan tanganku sendiri kuberikan padanya
pada akhirnya kami saling mengerti, betapa pundak ini tidak akan berhenti memopang beban
dan ikatan yang lebih kuat dari ikatan manusia lainnya ialah ikatan hati
yang saling bersatu, sebanyak apapun harta digadaikan untuk merelainya, sebesar apapun gunung untuk memisahkan. karena yang menyatukan hati-hati kami adalah cinta, cinta karena-Nya dan untuk-Nya.
tetaplah berada di jalan ini, saudaraku.. semoga kita bertemu meskipun beda kendaraan untuk mencapainya, kita akan kembali berkumpul di tujuan kita..
uhibbukum fillah,
Pasukan Pasukan Dakwah
Hanya Alat
Ini.. hanya sarana kan ya.. dari tujuan besar kita yang insyaAllah membawa kita ke kebaikan2 lainnya
semangat ya pejuang2 kebaikan, semoga selalu dalam kasih sayang Allah
pasti kita ada rasa penat dan malas mengurusi sesuatu yang mungkin kita sendiri juga masih ga ngerti benang ruwetnya dimana, atau mungkin kita sendiri yang masih berputar dengan diri kita
tapi semoga Allah menjadikan kita perantara-perantara kebaikan tersebut, sepert yang di post itu bilang ya temen2..
biarin saja, 4 tahun yang singkat ini jadi bukti kalo kita berjuang.. meskipun berdarah darah dan tida ada yang peduli :( #lebaywkwk. nggak lah ya... kita tidak berharap selain ridho-Nya. insyaAllah
biarkan seluruh sisi kampus tahu, kalau kita hanya menjadi alat,
alat yang mengantarkan manusia menuju senyuman keyakinan
alat yang mengukuhkan orang tua pada harapan diatas kekhawatiran
alat yang memapah karir kampus seseorang, membuat berbagai nama terang benderang karena cintaNya
alat yang sangat berguna
kita hanya perantara, tapi tidak perlu ada yang tahu berapa banyak yang kita sampaikan menuju tujuannya..
karena balasan atas itu semua, sudah dibayar telak dimuka, ketika Allah memilih kita sebagai perantaraNya.
tetap semangattt ikhwah, semoga sedikitnya upaya yang kita curahkan ini bisa menjadi alasan turunnya rahmat Allah pada kita
semangat ya pejuang2 kebaikan, semoga selalu dalam kasih sayang Allah
pasti kita ada rasa penat dan malas mengurusi sesuatu yang mungkin kita sendiri juga masih ga ngerti benang ruwetnya dimana, atau mungkin kita sendiri yang masih berputar dengan diri kita
tapi semoga Allah menjadikan kita perantara-perantara kebaikan tersebut, sepert yang di post itu bilang ya temen2..
biarin saja, 4 tahun yang singkat ini jadi bukti kalo kita berjuang.. meskipun berdarah darah dan tida ada yang peduli :( #lebaywkwk. nggak lah ya... kita tidak berharap selain ridho-Nya. insyaAllah
biarkan seluruh sisi kampus tahu, kalau kita hanya menjadi alat,
alat yang mengantarkan manusia menuju senyuman keyakinan
alat yang mengukuhkan orang tua pada harapan diatas kekhawatiran
alat yang memapah karir kampus seseorang, membuat berbagai nama terang benderang karena cintaNya
alat yang sangat berguna
kita hanya perantara, tapi tidak perlu ada yang tahu berapa banyak yang kita sampaikan menuju tujuannya..
karena balasan atas itu semua, sudah dibayar telak dimuka, ketika Allah memilih kita sebagai perantaraNya.
tetap semangattt ikhwah, semoga sedikitnya upaya yang kita curahkan ini bisa menjadi alasan turunnya rahmat Allah pada kita
Minggu, 03 Mei 2020
Basyaron Sawiyya-Keren(2)
Lalu hari ini, kekerenan selanjutnya Allah tunjukkan padaku dengan cara yang lain. Cara yang membuatku lebih berani. Cara yang menjawab hal ahal yang belum terjawab sebelumnya. Cara yang Allah turunkan dengan cinta.
Siang ini Allah kenalkan padaku tentang sesosok pemuda, dua tiga tahun lebih tua dariku, sepertinya. Lewat diskusi online, tentang dakwah dan cinta. Caranya menyampaikan sangta memikt, tepat sekali. Iya sih, anak seni. Sesederhana kehadirannya, membuatku bersyukur. Bahwa tarbiyah itu luas sekali. Dan kesatuan visi akan dakwah ini ternyata dimiliki banyak orang diluar sana, masyaAllah.. aku semakin yakin, banyak roang-orang sevisi, yang bergerak dalam kebaikan. Lalu, kutemukan sebuah video yang beliau buat, tentang pernikahan. Aku kira target dakwahnya memang anak muda kalangan remaja dewasa yang menikah, tentang perasaan dan cinta dua insan seperti kebutuhan orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama. Ternyata.. ternyata lebih besar dri itu.
Video itu merekam sebuah pengabdian, dan realisasi langkah dalam dakwah. Juga sebuah bukti, bahwa kreatornya sudah berada pada level yang lebih jauh lagi dari sekadar cinta dan perasaan. Sudah selesai dalam dirinya, dan sudah memikirkan dakwah level up, level yang lebih tinggi. Kemanusiaan, pengabdian sosial. Berguna bagi sesama. Ahhh... semakin membuatku merasa banyak sekali yang belum aku lakukan. Dan dibanding dengan kekerenan sebelumnya, kekerenan ini menyadarkan bahwa, iya, aku sadar kenapa aku disini. Kenapa aku harus statistika, kenapa aku harus sosial, kenapa aku harus dilibatkan pada lapangan dakwah. Karena semua itu adalah bekal untukku beribadah, menjadi sebaik-baik manusia utnuk manusia lain. Karena itu ‘aku banget’. kenapa aku mau sih bersusah payah, berempati sama orang, menyisihkan waktu untuk memikirkan hajat hidup orang lain, kenapa ? karena aku mau bukan ? karena aku dititipkan rasa itu. Rasa yang mungkin belum semua orang punya. Empati. Lalu, kelebihan itu dilengkapi dengan pemahaman bahwa kamu harus bergerak, kamu harus berdakwah. Kamu perlu mensyiarkan kebaikan. Perlu. Dan kamu dibekali untuk itu. Untuk menyentuh hati manusia, untuk mengemas hikmah dan pembelajaran dan memberikannya pada masyarakat luas yang membutuhkan kesadaran. Dan terlebih lagi, kamu dimampukan. Dimampukan untuk melakukan sesuatu dengan skala global, dengan bukti yang lebih kuat dan rinci, dengan ilmu, dengan data. masyaAllah, sungguh tidak terasa bahwa kamu memang orang yang terpilih utnuk menjalani ini semuaaa, ini.. inii... kamu yang mampu. Ini jalanmu.. jalanmu bukan untuk memenangkan penghargaan, itu pun sebenarnya bisa kamu raih sebagai tambahan, dan tidak perlu diperdulikan. Tapi jadikan prestasi itu sebagai upaya untukmu meraih kedekatan denganNya. Menjadi bukti bahwa manusia yang Allah ciptakan dengan oragn tbuh lengkap dan otak yang baik ini digunakan dengan sebaik-baiknya. Iya, benar. Dan keunikan ini tidak mudah dimiliki orang lain kan ci.. :)
Iya.. benar. Memang seharusnya pengabdian ini benar2 seutuhnya. Semaksimal mungkin dengan kesempatan yang dimiliki saat ini.
Kemarin2 kamu kemana ? memikirkan perasaan dan cinta ? melewatkan kesempatan emasmu menjadi pemuda yang belia ? coba di set lagi prioritasnya ci. Disibukin lagi pikirannya. Up level pemikiran kamu. Mari berbenah, masih banyak yg perlu dilakukan. Masih banyak yang harus dimaksimalkan. Memang tidak langsung merubah dunia, tapi bisa dimulai dengan merubah dirimu sendiri. Memaksimalkan apa yang sudah dititipkan padamu saat ini.
Alhamdulillah, alhamdulillah..
Mari berkarya, mari bergerak. Karena kita pemuda.
Untukku, dalam dua-tiga tahun kedepan.
Kita lihat, sudah seperti apa dirimu kelak. Ketika orientasimu sudah bukan lagi tentang dirimu sndiri, tapi tentang umat dan kejayaannya.
Basyaron Sawiyya-Keren
Keren-nya orang itu ada yang bikin kita down, ada yang bikin kita bangun dari mimpi. Ada yg bikin kita ngerasa ga bisa berbuat apa-apa. Ada yang bikin kita ngerasa punya kesempatan berbuat apa-apa.
Kenapa ? kok bisa ?
Jadi gini,
Beberapa hari yang lalu saya mendapati ‘kabar bahagia’ dari ketiga teman saya yang berhasil menyumbangkan temuan ilmiah dari bidangnya, dan itu merupakan kebanggaan bersama. Harusnya, saya bergembira dengan ‘kabar bahagia’ itu. Karena mereka teman-teman saya, mereka pintar dan cerdas. Terlebih, mereka memang mengusahakannya. Semua itu seharusnya menjadi kebanggaan dan berhak diberikan pujian atau setidaknya selamat. Namun sepertinya ada kenaifan dalam diri. Saat itu rasanya seakan-akan kalah. Kalah dari medan juang yang sama. Kalah dan terpecundangi atas apa apa yang telah berlalu. Merutuki, kenapa dan kenapa. Kenapa dia bisa dan aku tidak. Kenapa dia mampu dan aku tidak. Kenapa orangnya dia dan bukan aku. Padahal, kalau orang lain yang mendapatkannya mungkin aku biasa saja. Apa karena dia sudah berada dekat dengan circle ku hingga rasanya aku merasa tercurangi dengan apa yang dia dapat lakukan sedangkan aku tidak ? sehingga tingkatnya bukan lagi mengapresiasi, tapi membuat down. Seakan akan sahabat terdekat kita sendiri menang atas sesuatu, dibandingkan kita.. tapiii, bukan.. sungguh aku rasa bukan keirian seperti irinya anak sd terhadap ranking orang lain. Sungguh aku telah merasa selesai dengan keirian dan dengki semacam itu. Bahkan dengan orang terdekatku pun, rasanya tidak ada yang perlu kudengkikan, karena sebenarnya aku merasa jauh lebih beruntung. Seperti konsep konaah yang selama ini kita pegang. Atas apa-apa yang datang, semuanya pasti dari Allah. Dan semua yang dari Allah pasti baik. Pun yang Allah tahan untuk kita. Kita beriman, kita beruntung. Entah beruntung mendapatkan sesuatu, mendapatkan yang lain, atau tidak mendapatkannya. Tapi ini.. lebih dari keirian macam itu. entah, suatu kesadaran yang lebih mendasar sebenarnya, tentang.. berlomba di hadapan Allah.
Jadi, salah satu diantaranya adalah seorang pemuda, yang bergerak. Tergabung dalam barisan dakwah yang sama denganku. Kita punya kesibukan yang sama, tanggung jawab yang sama. Selain tanggung jawab akademik, ada juga tanggungjawab atas kesadaran berislam, dakwah. Kami punya waktu yang sama, 24 jam. Kami punya medan yang sama, kampus tercinta. Kami punya tujuan yang sama, kejayaan islam dan surga. Kami sama-sama paham bahwa segudang aktifitas dan pemikiran dakwah meminta waktu kita. Suatu ketika dia pernah berkata, bahwa tanggungjawab ini memang berat tapi bukan berarti ini semua menjadi alasan kita utnuk lepas dari tanggungjawab yang lain. Dan dia membuktikannya. Dia berprestasi di bidangnya. Terlebih, sepertinya dia seimbang pada apa-apa yang memang perlu diseimbangkan, antara perannya sebagai mahasiswa, perannya sebagai dai, perannya sebagai hamba. Dia ‘terlihat’ selesai dengan dirinya sendiri dan siap berdakwah. Kekerenan semacam ini membuatku semakin.. ahhh patah. Aku pingin jugaaa :(((( aku kenapa gabisa.. dan aku lemah heuheuheuheuhueuehuheuhehu. Meskipun di sisi lain, pasti ada lah kekurangan yg dia punya. Pasti ada hal yg dia masih belum bisa handlenya, dan mugnkin satu dua ditampakkan padaku. Tapi diluar itu semua, atas kelebihan yang Allah tampakkan padanya, sudah cukup membuatku mengerti bahwa islam itu seimbang. He is the real role model and me too, harusnya. Wkwkwk
Aku gaperlu meng elu elu kan kelebihan yang dia punya, karena berlebihan itu ga baik, karena dia pasti ada kurangnya, karena sebenarnya bukan itu tujuan Allah menunjukkan kekerannya padaku, bukan untuk kasih liat bahwa dia keren, tapi untuk menjadi pembelajaran, yg bener tu gini loh cii, kamu bisa gini loh cii, kamu bisa berdakwah dengan cara ini.. lihat, dia itu lagi syiar!! dia lagi menyiarkan kebaikan.. dia lagi menjadi contoh bahwa muslim itu berprestasi. Muslim itu perlu pintar, kalo bisa pro di bidangnya. Dan dia menunjukkan, kalo ilmu itu gaakan jauh-jauh dari quran. Orang yg deket sama quran bakal dimuliakan. Ahh, menampar berkali-kali. Dan yang berilmu itu dinaikin derajatnya sama Allah, dibedain sama Allah dari orang yg ga berilmu! Belajar itu bentuk ketaqwaan, prestasi itu syiarnya! Orang-orang kaya gini deket banger sama Allah.. masyaAllah :”
Dan lebih jlebnya lagi adalah, selama ini kamu kemana ? selama ini kamu jadiin dakwah itu pelampiasan atas kejenuhanmu ngejalanin tanggung jawab belajar yang terpaksa itu ? kamu belum nemu kan nikmatnya belajar ? belum tau kan kalo belajar tu cara kamu deket sama Allah. Kamu masih jenuh sama ilmu yang lagi kamu dalami, padahal sebenernya, itu alat menggenggam dunia. Alat untuk berdakwah. Kamu sedih kan ? seakan-akan kamu melepaskan kesempatan untuk berdakwah dengan lebih manjur lagi, dakwah dengan akademik dan prestasimu. Iya itu kan yang bikin kamu down, itu yg bikin kamu kecewa sama diri sendiri. Kamu ga memaksimalkan kesempatan itu.. Allah kasih ilmu itu, ke dia. Kamu minta ga ke Allah buat dipahamkan ?
Hhhh
Then, semua ini membuatku malu untuk sekedar menghubungi dia. Malu untuk membahas hal remeh temeh. Merasa bentuk ikhtiarku tidak sungguh-sungguh. Tidak sepenuh hati. Tidak untukMu ya Allah, astaghfirullah.. tidak maksimal dan menjadikan belajar sebagai caraku, ikhtiarku padaMu Ya Allah..
Maafkan aku ya Allah.. maaf..
Lalu dalam keterperosokan hati itu, aku mencoba berdamai. Karena tidak mungkin akan tenang dalam perasaan seperti ini. Perlu diredam, diarahkan ke kesimpulan yang baik, penerimaan yang baik. Lewat diskusi dengan orang yang kupercaya, akhirnya.. cukup melegakan. Melegakan, menyadari bahwa hati ini perlu menerima.
Pertama, merasa down itu wajar. Iri wajar. Yang salah adalah ketika apa yang orang miliki itu membuat kita menginginkan agar apa yang dia miliki itu hilang darinya. Bukan kan, bukan itu kan yang kita rasakan. Kita hanya tertegur dengan pencapaian orang lain yang sebenarnya mungkin bisa kita capai juga dengan sungguh-sungguh. Terimalah dengan kesadaran. Bahwa kita memang mempunyai kesempatan yang sama, tapi kita punya cara yang berbeda-beda. Bersyukurlah karena saudaramu telah mengharumkan nama islam dengan prestasinya. Itu seharusnya membuatmu terpacu untuk ikut berkarya. Berarti kamupun bisa. Kita memang tidak akan mencapai apa-apa yang dia capai, karena mungkin memang bukan jalannya seperti itu. Kita akan bersinar dengan cara kita, dengan keleibhan dan kekurangan kita.
Semua ini dalah peringatan bahwa ada yang kurang maksimal dari apa yang telah kita lakukan,dan kita perlu negevaluasinya. Sudah. Tidak perlu berlarut. Lanjut lagi. Dia berprestasi, bukan berarti kamu tidak mampu. Kamu pun mampu. Masih ada slot lain, ayoo ayoo. Dan kesadaran ini baik.. jangan disia siakan. Hawa nafsu ini jadi dorongan untuk kita lebih berprestasi lagi. Bukan hanya ingin, tapi juga ajak diri untuk merealisasikannya.
Tenang, kenali diri lebih dalam lagi, kelola sisi plus dan minus, push, fokus sama diri.
Ciri orang berilmu adalah semakin takut pada Allah.. pemahaman itu di dalam hati, bukan dalam benak.
Ya Allah, anugerahkanlah ilmu padaku untuk menjadi iman padaMu..
Hasan Al Bashri meminta pada Allah, berdoa. Meminta kepada Rabb yang menggenggam hati manusia. Ya Allah, pasti Engkau dah tau isi hati aku.. aku pengen kaya diaa. Dia keren, dia deket sama Allah, kek enak banget urusannya lancar. Deket sama quran :” aku pengen Ya Allah aku pengennn
Ya Allah, jangan wafatkan saya sampai dijamin surga untuk saya Ya Allah..
Abdullah bin umar
Modal kita itu doa.. yakin..
Alhamdulillah ya, punya lingkungan yang baik.. meng-clear-kan perasaan2 dan pemahaman yang belum utuh.
Dan.. hawa nafsu itu kita alihkan utnuk mencegah. Mencegah kita dari dia awkawakkw.
Entahlah kenapa, tapi aku sedikit lebih segan dan menarik diri dari orang2 berilmu. Mungkin karena kau takut dianggap terlalu bodoh. Tidak nyambung dan tidak mengerti. Aku tidak ingin terlalu dekat rasanya, aku.. segan dan sungkan. Nah itu. Ini pada teman ya maksdunya. Bukan ustad/orang berilmu yang ilmiah gitu. Dan rasa segan itu cukup utnuk membuatku menahan diri darinya, tidak meremehkannya, tidak membahas hal-hal yang tidak penting dengannya, tidak mempermalukan diri sediri dengan cara membahas hal-hal yang tidak penting baginya, tidak perlu banyak diskusi yang remeh temeh, itu semua menunjukkan bahwa ilmuku dangkal sekali. Tidak perlu bersikap sok lebih tau dan terlalu terbuka, seperti yang selama ini kamu lakukan. Intinya, lebih berhati-hati. Karena sekali lagi, Allah tunjukkan bahwa dia berpikir. Dia yang berdiskusi denganmu tiu menilai, menangkap dan menyimpulkan. Maka, bertemanlah secukupnya. He3.
Langganan:
Postingan (Atom)