Minggu, 06 Agustus 2017

Space

jarak .


aku tersentuh atas jarak yang kau buat diantara kita.
aku mengahargai dan menyadari dengan yakin bahwa ini benar.
diammu mengajariku banyak hal dari sekedar kata-kata panjang dalam percakapan.
diammu adalah emas.

"terkadang diam lebih baik, tapi terkadang kita perlu berbicara agar yang lain diam"

begitu katamu,
sejujurnya semua yang kau katakan benar.
hanya aku saja yang terlambat menyadarinya.

kau katakan pada kami diawal, tentang kesungguhan
sungguh2 lah, jangan setengah2 disini
tapi semakin hari semakin kulihat
kau membagi hati
dan aku bertanya seperti itukah kesungguhan yang kau maksud ?
seakan kau pergi dengan yang lain

kau pun berkata, tidak bisa mengerti perasaan oranglain
jika tidak merasakannya sendiri
dan aku hanya anggap itu angin lalu
jelas kau sedang tertekan, mungkin hanya itu yang bisa kau katakan

dan lagi-lagi aku terlambat menyadari
bahwa itupun benar,
perasaan seutuhnya hanya kita dan Maha pencipta lah yang tahu
sebaik dan sepeka apapun orang lain, dia tidak akan benar-benar paham

kau pun benar,
benar-benar membagi hatimu
yang kusadari mungkin sebagian besar ada disana
tapi kuyakin ada serpihan hatimu disini

ingin ku dekat seperti yang lain padamu
dan berbisik meminta maaf atas segala kekeliruanku
lalu kuceritakan bagaimana dirimu dimataku
dan kudengar pula hal itu darimu

tapi untuk apalah
tidak akan berguna
justru akan menjadi pemberat dosa
sungguh aku tak bersedia melakukannya

biarlah nanti Allah yang mempertemukan
jika memang harus bertemu,akan ada jalannya
jika tidak, pasti ada  rencana terbaik setelahnya
percaya sajalah

 seperti katamu lagi,

"tidak perlu mencari, cukup menjadi. Maka akan datang dengan sendirinya menghampiri" 


yap. setuju. selamat berbenah diri. semoga bertemu bidadar impian diujung penantian.


Ternyata



Ternyata Allah bukakan mata hatiku dengan kejadian ini, bahwa yang terpenting adalah jangan berharap pada manusia.
Aku tidak menyangka akan sesakit ini rasanya menyadari bahwa orang yang kau anggap bak malaikat dengan mudahnya menggores luka dihatimu.
Ku kira dialah yang paling mengerti tentang perasaan, tapi nyatanya justru dia buta.
Dia tidak melihat atau mungkin tidak merasa bahwa perkataannya akan menyakiti,
bahwa lisannya tak menjaga hati orang lain.
Bukan, bukan itu gunanya perasaan.
Menjadi berperasa bukan berarti menjadi lemah, jangan kambing hitamkan perasaan.
Sungguh,perasaan lebih menyiksa daripada fisik.
Aku memang lemah dalam fisik, mungkin pula lemah dalam berperasa.
Seakan semua terlalu keras bagiku, dan kenyataannya menghujam hingga tampiasnya benar-benar terasa.

Kau tahu ?
Aku sudah merasa setengah jalan menyebrangi samudra dalam hatimu
Berenang bersama riak air hingga tingginya gelombang
Namun kini kusadari bahwa aku hanya sampai pada pantai
Dan lelahku kini baru mengantarku pada teluk menukik diantara pantai dan lautan biru
aku baru sampai pada birumu yang sebenarnya
birumu bukan biru yang kumaksud
birumu gelap dan menakutkan
terlalu pekat,tidak tergradasi
biruku damai,beriak namun menenangkan
biruku kulihat pada laut yang lain
yang kukira laut itu hanya sebuah danau
ternyata kusalah tentangnya
pun tentangmu

kuingin coba susuri lagi laut lain
berharap temukan lautku yang dulu kulihat padamu
tapi kusadari
bahwa ini bukan cara yang tepat
sampai kapanpun tak akan cepat sampai
aku tidak ingin menjadi perenang handal
dalam lautan dosa pada tiap gelombangnya

aku tahu aku perlu kapal
yang dapat membawaku pada pemberhentian
harusnya kubuat dulu kapal itu
bukan langsung berenang tanpa bekal apapun

aku tahu kini, terimakasih 

kau, si sepeda tua berkacamata
kini hanya bagian dari pembelajaranku saja.