Rabu, 12 Februari 2020

berjarak, bukan berpisah


melamun, berpikir, diam. 

terus saja bumi berputar dengan hal yang sama, melamun, berpikir, diam. seakan tidak ada hal lain yang dilakukan. aku sakit jika harus seperti ini terus. tolonglah berhenti. berhenti untuk melakukan hal bodoh,ci.

memang siapa yang bilang kalau kamu punya ruang untuk memikirkan hal ini ?
memang siapa dia dan sepenting apa dia ?
apakah aku tidak bisa menyimpan kenangan yang baik tentangnya ?
kita tu kenapa sih? lebih tepatnya aku yang kenapa !!
mengakhiri banyak hal manis dengan cara seperti ini. kamu pikir aku tidak tersiksa dengan cara yang kupilih ini ?
tapi lebih sakit untuk menerima bahwa aku bukan siapa siapa bagimu.
sakit sekali, sungguh.

membiarkan diriku memberi ruang yang banyak untukmu, tetapi disaat itu juga mengetahui bahwa kau tidak melakukannya untukku.

aku ingin berhenti, sungguh.

biarkan saja semuanya berakhir sesakit ini. seterputus ini, aku tahu ini tidak baik, tetapi lebih menyakitkan bagiku jika harus berpura-pura baik-baik saja dengan dia yang bahagia dengan orang lain.


IYA, BAIK. aku akan berterimakasih
terimakasih atas banyak waktu yang kau luangkan
terimakasih atas banyak hal yang kau bagikan
terimakasih atas hati yang kau beri

maaf, saat ini aku belum bisa berdamai dengan kenyataan. bahwa semua yang kau berikan itu tidak hanya untukku. belum berhak kudapatkan. tidak ada yang menjamin dan tidak ada keterikatan apapun. benar, kan ? bukan hak ku untuk menerimanya.

terimakasih atas banyak makna, atas rasa hangat yang kau tumbuhkan.
Allah tahu, ini tidak baik untukku, maka dari itu mungkin saat ini memang seperti ini saja.

aku belum berdamai dengan diriku sendiri. aku belum menerima kau pergi sejak lama, bahkan sejak ragamu masih ada disampingku. aku tidak bisa dan kenyataannya justru aku yang berlari menjauhimu.

dan lebih sakit lagi ketika aku menyadari, bahwa kau tidak merindukan apa yang aku rindukan.
sepertinya kamu bahagia disana tanpaku. iyalah, siapa aku.

tapi disini, aku belum bisa. belum..

maaf, karena selalu menjadi tempat berlari ketika sedih
maaf, karena selalu menjadi tempat berkeluh kesah ketika berat menghimpit
maaf, selalu jadi tepat bersandar atas segala perasaan yang tak bisa aku tanggung
maaf, maaf. maaf aku selalu mencarimu

seharusnya aku mengapresiasi banyak hal untukmu.
tapi kini rasanya asing, tidak saling tanya. dan it semua aku yang membuatnya. aku yang menjadikanmu asing. kamu pasti bingung dan merasa apakah ada kesalahan yang kau lakukan padaku.

kesalahanmu adalah, kamu terlalu baik. kamu terlalu bersedia untukku. kamu memberi janji yang tak bisa kau tepati. kamu memberi hati yang tak bisa kau beri. kamu oergi. kamu menunjukkan kalau kamu punya seseorang. kamu tahu, aku salah mendefinisikan kasih sayangmu. kamu berhak untuk mencintai, kamu erhak untuk berbagi. dan aku hanya jadi tempatmu berbagi, bukan mencintai.

iya, harusnya aku mengakhir semua dengan baik-baik saja. bukan membiarkanmu pergi dengan hatiku yang masi menganga.

semua ini abu-abu sampai beberapa waktu sebelum kau pergi. dan semakin nyata ketika kau pergi.ternyata aku benar2 sayang.

seharusnya kau tidak menyimpanmu terlalu dalam.
kau ada, kau masih ada, dan bisa saja kebersamaan itu masih bisa kita rasakan lagi, tapi saat ini rasanya berbeda.

sepertinya aku hanya perlu mendoakan,untuk saat ini.
dan mengembalikan kendali diri, secara sepenuhnya. pada diriku sendiri. mengalihkan semuanya pada Allah.

baik sekali cara Allah menegurku, menjadikan dirimu pergi. menutup semuanya dengan seperti ini.

oke baik, sekali lagi, baiklah. aku harus menyelesaikan ini dengan diriku sendiri.

tidak ada kita, tidak ada. yang ada hanyalah aku, lalu kamu. tidak ada keterikatan. kamu tidak akan meolongku mempertanggungjawabkan semua perasaan ini dihadapan Allah. kamu tidak akan membantuku dan meringankan dosaku dihadapan-Nya, karena aku yang bertanggungjawab penuh atas perasaanku ini.

baik, aku hanya perlu menerimanya.
aku punya kisah yang baik dengannya, aku punya waktu yang banyak dengannya, aku punya cerita bermakna yang akan menarik untuk diceritakan kepada banyak orang kelak.

bahwa aku punya, aku punya, seseorang yang benar2 membagi hatinya. menjaga setulusnya. mengangkat aku ketika aku benar2 jatuh, dan memastikan aku baik-baik saja hingga aku sampai diujung perjalanan.

bukankah seharusnya aku bersyukur memiliki yang sepertinya ?
yang dia berikan hanya untukku di detik itu, disaat itu. benar2 untukku. tanpa perl kupikirkan apakah disaat yang lain dia berikan ke orang lain.

harusnya aku mengenang semua ini dengan baik, melepas kepergiannya dengan baik.. dia berhak menerima perlakuan yang baik ketika hendak pergi. dan aku malah berkutat dengan egoku, mengurung diri dan hati. bahkan sampai kesempatan itu datang lagi, aku masih tetap mndiamkannya.

sungguh apa salahnya ci ? semuanya sebenarnya salahmu.

ya Allah, kak, maaf..

aku benar-benar tidak merasa bahwa kau pergi. aku yakin beberapa waktu lagi kau akan datang, entah dengan tujuan apa. hanya sekedar menengokku, memastikan keadaanku. atau nanti kita akan bertemu lagi dengan takdir yang lain.

ketika hari itu datang, harus kupastikan bahwa aku meminta maafmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar