Sabtu, 22 Desember 2018


birunya air beradu dengan langit, sejauh mata memandang
hangat sang mentari menyinari harapan
gunung menjulang,mengokohkan cita-cita
lalu nanti, aku akan disana

atas izin pencipta

belum pernha kutapakkan kakiku diatas tanahnya
tapi memori indah entah sejak kapan terkenang
dan harapan bertumbuh disana
seiring pintu-pintu terbuka

Danau Segara Anakan, Lombok

Selasa, 31 Juli 2018

Ombak itu menyapa

Sepotong kisah ditepi pantai


berapa lama setelah dahulu bercanda denganmu, hai ombak ?
kau benar-benar membuatku tertawa lepas sore itu
membasahi kedua kakiku ketika dirimu datang menerjang
menggugah hatiku hingga ia merasa kegirangan karena terjangan dingin buihmu

ah, sejujurnya aku tak mengerti
mengapa bisa sebahagia ini menyambutmu

kugenggam tangannya, sambil menangkap rasa cemas diwajahnya
ah dia, sangat kusayang sepenuh hatiku
dia sangat takut, merengek tak bisa berenang
kami bersiap menerjang ombak yang kini menyapa
satu.. dua.. tigaa..
byurrr
basah!

kau tidak tahu rasanya,tidak akan tahu,
betapa indah sekali senja itu,
seakan hidup ini tidak akan menjadi sulit setelahnya
hmmm Alhamdulillah

kita tertawa, bahkan tak tahu menertawakan apa
kekonyolan diri sendiri
yang terlalu bahagia bertemu ombak
dibawah teduhnya awan dan pancaran mentari di kejauhan


terimakasih,
Poktunggal, jogjakarta
27 Juli 2018



Kamis, 15 Februari 2018

paham

tidak apa membaur, tapi jangan melebur.
kau tahu apa saja batasnya bukan ? jangan membuka celah
akrab itu baik, tapi pastikan hatimu dan dirimu tetap terjaga seutuhnya.

kamu paham. Dia juga paham.Harusnya kita saling menahan.Ketika ada yang lemah, salah satu yang lain menarik diri. Bukan keduanya saling mendekat.

Ya, kita sudah dewasa.Dewasakanlah hati kita.

Pintu

Sebesar apapun tetap jangan dibuka!

jadilah sisi yang lain,mungkin saja kamu pun adalah ujian baginya,bantulah ia, jangan mempersulit.
kenyamanan bisa dibangun dengan siapapun, pertanyaannya adalah mau atau tidaknya membangun itu. Pun kalau memang mau, tanyakan lagi boleh tidaknya kenyamanan itu dibangun. Disinilah titik ujian itu berada, menahan diri untuk melakukan halyang diinginkan namun tak boleh dilakukan, untuk kebaikan dirimu sendiri.

kau boleh menyukainya, tapi jangan tunjukkan.
tetap jadi dirimu yang ramah,tapi tahanlah perasaanmu, jangan jadikan dirimu rendah dan mudah ditaklukan.

sinetron

sepertinya kini hidupku benar-benar sebuah sinetron. Cuplikan yang pernah kulihat atau terbayangkan dahulu memang benar terjadi, beberapa bahkan tidak pernah kusangka-sangka akan terjadi padaku.

mungkinkah kehadirannya sama seperti yang lain ? sesaat.

indah, sungguh indah ciptaan-Mu itu. Entah bagaimana menjelaskannya, karena memang benar kita harus menjaga. Sulit sekali, tapi harus.

aku kembali diingatkan,
oleh gelitik gelitik tarikan itu yang mengalir lewat obrolan sekilas
oleh pertemuan pandangan sekian detik itu
oleh munculnya kemungkinan yang tersuarakan dari hati

terbawa kembali pada rasa disudut hati
rasa yang sama seperti dengan yang lain
sama, semu
bias,hanya singgah

mungkin semua itu merangkai pemahamanku
menjadikanku melihat dari berbagai sisi

entahlah,kurasa pada titik ini aku akui dan sadar, kita tidak bisa lari darihal semacam ini,kitaakan terus diuji, dengan kondisi-kondisi yang membuat kita untuk memilih. pada akhirnya kita sadar,pilihan itulah yang membentuk kita.membangun prinsip atau menggoyahkannya untuk menguji kekokohannya.

kehadiranmu adalah ujian,yang menguatkanku apabila aku menghadapinya dengan benar.

kita adalah kunci, terbuka ata tertutupnya pintu kemaksiatan
seorang lelaki yangdatang,entah berniat untuk lama atau sebentar,tetap tidak akan bisa memasuki hati jika kitatidak membiarkan pintunya terbuka.

bagaimana mengendalikan perasaan membuncah ketika perhatian itu terasa ?
menolaknya bukanlah hal yang tepat menurutku,
karena sampai kapanpun tidak bisa membunuh perasaan sendiri.
menerimanya lebih baik, dan menyimpan rapat-rapat menjadilangkah yang tepat selanjutnya.

menjadikan dirimu istimewa, tidak tersentuh, tidak terselami.
biarkan yang benar-benar istimewa yang datang, dengan cara istimewa, bukan hanya kehadiran sesaat seperti selama ini.

tak apa, bukankah itu fitrah? mengapa harus kau tolak perasaan itu ?
bersyukurlah kau masih bisa merasakannya, mudah merasakannya,maka kembalikan semua perkara itu pada sang Pencipta, kembalikan,ceritakan semuanya,pasrahkan.karna kita hanya bisa menerimanya. mengenai sikap yang kita ambil ? menunggu, Yang Maha Cinta lah yang menentukan.