|
Mt. Pangrango |
Ingatkah dulu ? setiap mata kita bertemu, ada semacam aliran
hangat menjulur, menjadikan sekitarku terasa hangat bak sinar mentari.
Ingatkah dulu ? tanpa sengaja kita berpapasan, seperti ada
sengatan listrik yang menjadikan hariku penuh energi, bahkan watt nya cukup
untuk menerangi pagi, siang,malam, dan esok esoknya.
Ingatkah dulu ? saat mata itu menatapku, kupikir waktu
berhenti untuk waktu yang lama, tak sadar bibir ini terkembang, dan mata kita
masih saling melihat. Haduh, apa yang sebenarnya kulihat ?
Entahlah. Semua itu terekam dan sulit hilang.
Mengingatnya membuatku diperhatikan aneh sepanjang jalan,
karena aku terus tersenyum dan tersenyum.
Hah, apa apaan aku ini, membuang waktu. Dia jelaslah belum
tentu menjadi seperti yang aku bayangkan. Dia belum fix, aku tak tahu namanya
ada disamping namaku atau tidak nantinya.
Oh ayolah, aku tidak berharap sejauh itu pula.
Aku hanya merasa hangat ketika itu. Seperti memiliki
seseorang yang menghangatkan, merasa nyaman.
Mungkin kau benar, aku memang belum benar benar
menitipkannya. Aku masih terus memikirkannya, menjadikannya objek pikiran yang
sebenarnya tidak ada lagi. Ini salah. Harusnya aku tegas menitipkan.
Bagaimanalah ? setiap hari dalam hidup ini bergulir namanya.
Bertemu dengannya mungkin kini menajd jarang, apakah itu akan menyakitkan ?
Harus kusadari bahwa suatu saat dia akan pergi, cepat atau
lambat.
Aku takkan menyadari waktu bergulir begitu cepat. Sebentar
lagi fkusnya akan berubah, dia akan segera lupa. Sebentar lagi dia menjauh,
memikirkan masa depannya.
Sakitkah ? tidak. Seharusnya tidak. Mengapa aku memikirkan
kehilangan yang sebenarnya belum
terjadi ?
Mengingat waktu yang tersisa terus saja tergerus
Aku pernah bedoa pada-Nya, untuk membalikkan saja semuanya,
jauhkan kita agar tak ada yang sakit, atau lebih tepatnya, diri ini yang sakit.
Inginku untuk menjauhi lebih dulu, daripada harus terluka atas sikapnya yang
menjauh. Aku tak bisa.
Memang semua sifat jengkelnya sungguh menikam hati, kadang
tak berdaya menghadapinya. Tapi bagaimanapun juga, mereka tetaplah kakakku,
sampai mereka meninggalkanku, membicarakan burukku, mereka tetaplah kakakku.
Aku benci jarak, dia menmbuatku tak berkutik atas keheningan yang terjadi.
Tapi kadang pula, aku ingin berterimakasih padanya.
Karna jarak, aku tak perlu menjelaskan apapun atas batas
yang ada saat ini.
Akan kutitipkan lagi, entah bagaimana nanti Allah
mengembalikan rasa ini, atau menggantinya dengan yang lebih baik.
Ya Allah aku titip dia yang sehangat mentari ketika aku
melihatnya, semoga kehangatan itu bermuaa pada sosok yang tepat.
Ya Allah kutitipkan dia yang matanya tajam bak elang
sekaligus damai mengalir layaknya sungai. Aku tahu dia nsedang berjalan, entah
matanta menangkapju atau tidak, atau aliran airnya melewati tanah gersangku,
kupikir ada sesuatu yang kau siapkan untuk ini, pada kami. Entah apa. Jika
tidak siap skrg, kutitipkan pada-Mu Ya Allah, ku tak mau mengganggunya.
Ya Allah, kutitipkan dia Ya Allah.. kutitipkan dia.. Jadikan
ia baik untuk menjadi hamba-Mu. Jadikan ia lebihdekat dengan-Mu Ya Allah,
semprnakan anugerah iman dan islam untuknya agar ia dapatmerasakan manisnya
islam dan menjadi sosok yang benar-benar dipanut.
Sudah. Tak ada lagi.